Kitab Puasa


Dasar Kewajiban Puasa

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ } فَكَانَ النَّاسُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّوْا الْعَتَمَةَ حَرُمَ عَلَيْهِمْ الطَّعَامُ وَالشَّرَابُ وَالنِّسَاءُ وَصَامُوا إِلَى الْقَابِلَةِ فَاخْتَانَ رَجُلٌ نَفْسَهُ فَجَامَعَ امْرَأَتَهُ وَقَدْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَلَمْ يُفْطِرْ فَأَرَادَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يَجْعَلَ ذَلِكَ يُسْرًا لِمَنْ بَقِيَ وَرُخْصَةً وَمَنْفَعَةً فَقَالَ سُبْحَانَهُ { عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ } الْآيَةَ وَكَانَ هَذَا مِمَّا نَفَعَ اللَّهُ بِهِ النَّاسَ وَرَخَّصَ لَهُمْ وَيَسَّرَ

. Dari Ibnu Abbas: Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu. " (Qs. Al Baqarah [2]: 183)

Pada masa Nabi, ketika orang-orang telah melakukan shalat pada waktu gelap, maka diharamkan untuk makan, minum, dan wanita (bersetubuh), dan mereka berpuasa sampai hari berikutnya. Kemudian ada seseorang yang tidak kuat untuk menahan nafsunya, sehingga ia bersetubuh dengan istrinya, walaupun telah shalat Isya' dan ia pun tidak berbuka puasa. Kemudian Allah hendak meringankan orang-orang yang ada pada masa setelahnya, sebagai kemurahan dan kemanfaatan. Allah berfirman, "Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu. " (Qs. Al Baqarah [2]: 187).

Itulah kemanfaatan yang diberikan Allah kepada manusia, sekaligus sebagai keringanan dan kemudahan bagi mereka. (Hasan Shahih )

عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كَانَ الرَّجُلُ إِذَا صَامَ فَنَامَ لَمْ يَأْكُلْ إِلَى مِثْلِهَا وَإِنَّ صِرْمَةَ بْنَ قَيْسٍ الْأَنْصَارِيَّ أَتَى امْرَأَتَهُ وَكَانَ صَائِمًا فَقَالَ عِنْدَكِ شَيْءٌ قَالَتْ لَا لَعَلِّي أَذْهَبُ فَأَطْلُبُ لَكَ شَيْئًا فَذَهَبَتْ وَغَلَبَتْهُ عَيْنُهُ فَجَاءَتْ فَقَالَتْ خَيْبَةً لَكَ فَلَمْ يَنْتَصِفْ النَّهَارُ حَتَّى غُشِيَ عَلَيْهِ وَكَانَ يَعْمَلُ يَوْمَهُ فِي أَرْضِهِ فَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَزَلَتْ { أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ قَرَأَ إِلَى قَوْلِهِ مِنْ الْفَجْرِ }

. Dari Al Barra' ia berkata: ada seorang laki-laki yang ketika berpuasa ia tidur dan tidak makan apa-apa, sesungguhnya Shirmah bin Qais Al Anshari dalam keadaan berpuasa mendatangi istrinya (bersetubuh), lalu Shirmah bertanya kepada istrinya, "Apakah kamu memiliki sesuatu?," Istrinya menjawab, "Tidak. Aku akan pergi mencarikan sesuatu untukmu." Akhirnya istrinya pergi, lalu Shirmah tertidur. Kemudian datang istrinya sambil berkata, "Kamu ini bodoh, ternyata masih siang hari," hingga ia pun terpedaya. Shirmah seharian penuh bekerja di ladangnya. Setelah itu dia menceritakan kejadian tersebut kepada Nabi, kemudian turunlah ayat, "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. " (Qs. Al Baqarah [2]: 187) (Shahih: Bukhari)

Naskh Surah Al Baqarah ayat 184, "Dan Wajib bagi Orang-Orang yang Berat Menjalankannya (Jika Mereka Tidak Berpuasa) Membayar Fidyah."

عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ } كَانَ مَنْ أَرَادَ مِنَّا أَنْ يُفْطِرَ وَيَفْتَدِيَ فَعَلَ حَتَّى نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ الَّتِي بَعْدَهَا فَنَسَخَتْهَا

. Dari Salamah bin Al Akwa', ia berkata: Ketika ayat ini turun, yaitu, "Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin." (Qs. Al Baqarah (2): 184), di antara kami bisa berbuat seenaknya, maksudnya bisa saja tidak puasa lalu membayar fidyah, sampai turun ayat setelah ayat ini dan me-nasakh-nya. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ { وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ } فَكَانَ مَنْ شَاءَ مِنْهُمْ أَنْ يَفْتَدِيَ بِطَعَامِ مِسْكِينٍ افْتَدَى وَتَمَّ لَهُ صَوْمُهُ فَقَالَ { فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ } و قَالَ { فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمْ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ }

. Dari Ibnu Abbas, tentang ayat, "Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. " (Qs. Al Baqarah [2]: 184): orang yang membayar fidyah dengan memberi makan enam puluh orang miskin, maka puasanya dianggap sempurna. Tetapi lalu Allah berfirman, "Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui, " (Qs. Al Baqarah [2]: 184) dan, "Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. " (Qs. Al Baqarah [2]: 185) (Hasan)

Orang yang Mengatakan bahwa Fidyah Diperbolehkan bagi Orang Tua dan Orang Hamil

أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ أُثْبِتَتْ لِلْحُبْلَى وَالْمُرْضِعِ

. Dari Ikrimah: Ibnu Abbas berkata, "Fidyah diperuntukkan bagi wanita hamil dan wanita menyusui." (Shahih)

Bilangan Bulan adalah Dua Puluh Sembilan

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ لَا نَكْتُبُ وَلَا نَحْسُبُ الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا وَهَكَذَا وَخَنَسَ سُلَيْمَانُ أُصْبُعَهُ فِي الثَّالِثَةِ يَعْنِي تِسْعًا وَعِشْرِينَ وَثَلَاثِينَ

. Dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Kita adalah umat yang ummi, kita tidak dapat menulis dan menghitung, satu bulan adalah begini, begini, dan begini." Sulaiman (perawi hadits) memberi isyarat dengan menggenggam jarinya yang menunjukkan 29 dan 30. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ فَلَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ وَلَا تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ ثَلَاثِينَ قَالَ فَكَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا كَانَ شَعْبَانُ تِسْعًا وَعِشْرِينَ نَظَرَ لَهُ فَإِنْ رُئِيَ فَذَاكَ وَإِنْ لَمْ يُرَ وَلَمْ يَحُلْ دُونَ مَنْظَرِهِ سَحَابٌ وَلَا قَتَرَةٌ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَإِنْ حَالَ دُونَ مَنْظَرِهِ سَحَابٌ أَوْ قَتَرَةٌ أَصْبَحَ صَائِمًا قَالَ فَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُفْطِرُ مَعَ النَّاسِ وَلَا يَأْخُذُ بِهَذَا الْحِسَابِ

. Dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Satu bulan ada 29 hari, maka janganlah kalian berpuasa sampai benar-benar melihat hitungan bulan juga janganlah berbuka puasa sampai benar-benar melihat hitungan bulan. Jadi, apabila membingungkan (terjadi mendung), sempurnakanlah hitungannya sampai 30 hari. "

Perawi hadits mengatakan: Ibnu Umar ketika bulan Sya'ban berjumlah 29 hari, maka beliau memantau bulan terlebih dahulu, dan apabila bulan Ramadhan sudah nampak, maka beliau berpuasa, tapi apabila belum nampak dan dalam pandangan beliau tidak terhalang mendung maka beliau tidak puasa, namun apabila dalam pandangannya terhalang mendung, maka beliau puasa.

Perawi hadits menuturkan: Ibnu Umar tidak puasa seperti halnya kebanyakan orang dan beliau tidak mengambil hisab (hitungan). (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Hadits ini tidak menyebutkan, "Ibnu Umar pernah...."

أَيُّوبُ قَالَ كَتَبَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ إِلَى أَهْلِ الْبَصْرَةِ بَلَغَنَا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَ حَدِيثِ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَادَ وَإِنَّ أَحْسَنَ مَا يُقْدَرُ لَهُ أَنَّا إِذَا رَأَيْنَا هِلَالَ شَعْبَانَ لِكَذَا وَكَذَا فَالصَّوْمُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ لِكَذَا وَكَذَا إِلَّا أَنْ تَرَوْا الْهِلَالَ قَبْلَ ذَلِكَ

. Dari Ayyub, ia berkata: Umar bin Abdul Aziz pernah menulis surat kepada penduduk Bashrah. Telah disampaikan sebuah hadits kepada kami dari Rasulullah... seperti haditsnya Ibnu Umar di atas. Dari Nabi SAW, dengan tambahan kalimat seperti berikut, "Sesuatu yang lebih baik dilakukan adalah ketika kita melihat bulan Sya'ban (harinya berjumlah berapa), maka puasa insyaallah begini dan begini, kecuali kalian sudah melihat hilal sebelumnya." {Shahih: Maqthu')

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ لَمَا صُمْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِسْعًا وَعِشْرِينَ أَكْثَرَ مِمَّا صُمْنَا مَعَهُ ثَلَاثِينَ

. Dari Ibnu Mas'ud, ia berkata, "Sungguh, puasa berjumlah 29 hari, yang kami lakuan bersama Nabi lebih banyak daripada yang berjumlah 30 hari." {Shahih)

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ شَهْرَا عِيدٍ لَا يَنْقُصَانِ رَمَضَانُ وَذُو الْحِجَّةِ

. Dari Abu Bakrah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Ada dua bulan Id (lebaran) yang tidak berkurang, yaitu Ramadhan dan Dzulhijjah. " {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Ketika Suatu Kaum Salah tentang Hilal (Bulan)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ذَكَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِ قَالَ وَفِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَأَضْحَاكُمْ يَوْمَ تُضَحُّونَ وَكُلُّ عَرَفَةَ مَوْقِفٌ وَكُلُّ مِنًى مَنْحَرٌ وَكُلُّ فِجَاجِ مَكَّةَ مَنْحَرٌ وَكُلُّ جَمْعٍ مَوْقِفٌ

. Dari Abu Hurairah: Rasulullah mengingatkan dia dengan sabdanya, "Hari fitri kalian adalah hari yang kalian semua berbuka, hari kurban kalian adalah hari yang kalian semua berkurban, semua (wilayah) Arafah adalah tempat (sah untuk wukuf), semua (wilayah) Mina adalah tempat menyembelih, setiap sudut-sudut kota Makkah adalah tempat menyembelih, dan setiap perkumpulan adalah tempat beristirahat." {Shahih)

Ketika Bulan Terhalang Awan Mendung

عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَفَّظُ مِنْ شَعْبَانَ مَا لَا يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ عَدَّ ثَلَاثِينَ يَوْمًا ثُمَّ صَامَ

. Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah sangat memperhatikan bulan Sya'ban dan tidak memperhatikan bulan yang lain. Beliau berpuasa dengan melihat hilal, namun bila terhalang mendung beliau menyempurnakan bilangan Sya'ban sampai tiga puluh hari, kemudian baru berpuasa. {Shahih)

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُقَدِّمُوا الشَّهْرَ حَتَّى تَرَوْا الْهِلَالَ أَوْ تُكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثُمَّ صُومُوا حَتَّى تَرَوْا الْهِلَالَ أَوْ تُكْمِلُوا الْعِدَّةَ قَالَ أَبُو دَاوُد عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يُسَمِّ حُذَيْفَةَ

. Dari Hudzaifah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian semua mendahului bulan sampai kalian melihat bulan itu sendiri atau menyempurnakan bilangannya, kemudian berpuasalah sampai kalian melihat bulan atau menyempurnakan bilangannya." (Shahih)

Abu Daud berkata : Dalam riwayat lain disebutkan: Dari seorang laki-laki termasuk sahabat Nabi, dengan tidak menyebut nama Hudzaifah.

Hadits, "Apabila Kalian Terhalang Mendung Maka Berpuasalah Tigapuluh Hari"

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُقَدِّمُوا الشَّهْرَ بِصِيَامِ يَوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ شَيْءٌ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ وَلَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ ثُمَّ صُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ حَالَ دُونَهُ غَمَامَةٌ فَأَتِمُّوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ ثُمَّ أَفْطِرُوا وَالشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ

. Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian mendahului bulan dengan berpuasa sehari atau dua hari, kecuali puasa yang sudah biasa (dilakukan), dan janganlah kalian berpuasa, hingga kalian melihat hilal, kemudian baru berpuasa. Jika terhalang oleh mendung maka sempurnakanlah bilangannya menjadi tiga puluh hari, kemudian berbukalah, dan satu bulan itu (berjumlah) dua puluh sembilan hari. " (Shahih)

Mendahului

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِرَجُلٍ هَلْ صُمْتَ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ شَيْئًا قَالَ لَا قَالَ فَإِذَا أَفْطَرْتَ فَصُمْ يَوْمًا وَقَالَ أَحَدُهُمَا يَوْمَيْنِ

. Dari Imran bin Hushain: Rasulullah bertanya kepada seorang laki-laki, "Apakah kamu berpuasa dalam bulan Sya'ban?." Ia menjawab, "Tidak." Nabi melanjutkan sabdanya, "Ketika kamu berbuka (tidak puasa) maka berpuasalah sehari. "

Salah satu perawi hadits mengatakan: "Dua hari. " (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Jika Hilal pada Suatu Tempat telah Terlihat Satu Malam sebelum Dilihat oleh yang Lain

كُرَيْبٌ أَنَّ أُمَّ الْفَضْلِ ابْنَةَ الْحَارِثِ بَعَثَتْهُ إِلَى مُعَاوِيَةَ بِالشَّامِ قَالَ فَقَدِمْتُ الشَّامَ فَقَضَيْتُ حَاجَتَهَا فَاسْتَهَلَّ رَمَضَانُ وَأَنَا بِالشَّامِ فَرَأَيْنَا الْهِلَالَ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ ثُمَّ قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فِي آخِرِ الشَّهْرَ فَسَأَلَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ ثُمَّ ذَكَرَ الْهِلَالَ فَقَالَ مَتَى رَأَيْتُمْ الْهِلَالَ قُلْتُ رَأَيْتُهُ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ قَالَ أَنْتَ رَأَيْتَهُ قُلْتُ نَعَمْ وَرَآهُ النَّاسُ وَصَامُوا وَصَامَ مُعَاوِيَةُ قَالَ لَكِنَّا رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ فَلَا نَزَالُ نَصُومُهُ حَتَّى نُكْمِلَ الثَّلَاثِينَ أَوْ نَرَاهُ فَقُلْتُ أَفَلَا تَكْتَفِي بِرُؤْيَةِ مُعَاوِيَةَ وَصِيَامِهِ قَالَ لَا هَكَذَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

. Dari Kuraib, ia berkata: Ummu Al Fadhl —anak perempuan Al Harits— mengutusnya untuk menghadap Mua'wiyah yang sedang berada di Syam. Ia melanjutkan perkataannya: "Aku tiba di Syam dan melaksanakan perintah Ummu Al Fadhl, kemudian tampaklah hilal bulan Ramadhan, pada malam Jum'at. Setelah itu aku sampai di Madinah pada akhir bulan. Ibnu Abbas bertanya kepadaku, kemudian ia (Ibnu Abbas) menuturkan tentang hilal. Ia (Ibnu Abbas) bertanya, "Kapan kalian melihat hilal?" Aku menjawab, "Pada malam Jum'at." Ia bertanya lagi, "Kamu melihatnya?" Aku menjawab, "Ya." Orang-orang juga melihatnya, maka mereka semua berpuasa, begitu juga Mua'wiyah. Ibnu Abbas berkata, "Akan tetapi kami melihatnya pada malam Sabtu, sehingga kami belum berpuasa sampai kami menyempurnakan hitungan tiga puluh atau kami melihat hilal." Aku berkata, "Apakah tidak cukup dengan penglihatan hilal dan puasa yang dilakukan oleh Mua'wiyah?" Ibnu Abbas berkata, "Tidak." demikianlah Rasulullah SAW menyuruh kami." (Shahih: Muslim)

عَنْ الْحَسَنِ فِي رَجُلٍ كَانَ بِمِصْرٍ مِنْ الْأَمْصَارِ فَصَامَ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَشَهِدَ رَجُلَانِ أَنَّهُمَا رَأَيَا الْهِلَالَ لَيْلَةَ الْأَحَدِ فَقَالَ لَا يَقْضِي ذَلِكَ الْيَوْمَ الرَّجُلُ وَلَا أَهْلُ مِصْرِهِ إِلَّا أَنْ يَعْلَمُوا أَنَّ أَهْلَ مِصْرٍ مِنْ أَمْصَارِ الْمُسْلِمِينَ قَدْ صَامُوا يَوْمَ الْأَحَدِ فَيَقْضُونَهُ

. Dari Al Hasan, ia berkata (tentang seorang laki-laki yang berada di suatu daerah): Ia berpuasa pada hari Senin dan ada dua laki-laki yang bersaksi melihat hilal pada malam Minggu. Ia berkata, "Pada hari itu tidak seorang pun bahkan penduduk daerah yang mengerjakannya (puasa Ramadhan) kecuali mereka mengetahui bahwa salah satu penduduk daerah muslim telah berpuasa pada hari Ahad, kemudian mereka mengerjakannya." {Shahih Maqtu')

Larangan Berpuasa pada Hari yang Diragukan

عَنْ صِلَةَ قَالَ كُنَّا عِنْدَ عَمَّارٍ فِي الْيَوْمِ الَّذِي يُشَكُّ فِيهِ فَأَتَى بِشَاةٍ فَتَنَحَّى بَعْضُ الْقَوْمِ فَقَالَ عَمَّارٌ مَنْ صَامَ هَذَا الْيَوْمَ فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

. Dari Shilah, ia berkata, "Kami berada di tempat Ammar pada hari yang diragukan, saat itu didatangkan seekor kambing dan sebagian orang menjauh (pergi dari tempat Ammar), maka Ammar berkata, "Orang yang berpuasa pada hari ini berarti telah durhaka terhadap Abu Al Qasim (Rasulullah) SAW." {Shahih)

Orang yang Menyambung (Puasa) Bulan Sya'ban dengan Puasa Bulan Ramadhan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُقَدِّمُوا صَوْمَ رَمَضَانَ بِيَوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ صَوْمٌ يَصُومُهُ رَجُلٌ فَلْيَصُمْ ذَلِكَ الصَّوْمَ

. Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Janganlah kamu mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari, kecuali orang yang sudah biasa melakukan puasa (sunah) tertentu. " {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنْ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ

. Dari Ummu Salamah, dari Nabi SAW, bahwasanya beliau tidak berpuasa dalam setahun selama satu bulan penuh, kecuali puasa bulan Sya'ban, yang beliau sambung dengan (puasa bulan) Ramadhan." (Shahih)

Kemakruhan Menyambung Puasa Sya'ban dengan Puasa Ramadhan

عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ قَدِمَ عَبَّادُ بْنُ كَثِيرٍ الْمَدِينَةَ فَمَالَ إِلَى مَجْلِسِ الْعَلَاءِ فَأَخَذَ بِيَدِهِ فَأَقَامَهُ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلَا تَصُومُوا فَقَالَ الْعَلَاءُ اللَّهُمَّ إِنَّ أَبِي حَدَّثَنِي عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَلِكَ

. Dari Abdul Aziz bin Muhammad, ia berkata: Abbad bin Katsir datang ke Madinah, kemudian ia hendak menuju pertemuan Al Ala, setelah itu Al Ala menarik tangan Abbad dan mempersilakannya duduk, kemudian berkata, "Orang ini akan menceritakan sebuah hadits yang diriwayatkan dari bapaknya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika bulan Sya'ban sudah mencapai pertengahan maka janganlah berpuasa. " Al Ala' berkata, "Sungguh, bapakku telah bercerita kepadaku, dari Abu Hurairah dari Nabi SAW (tentang hal tersebut)." (Shahih)

قَالَ أَبُو دَاوُد وَكَانَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ لَا يُحَدِّثُ بِهِ قُلْتُ لِأَحْمَدَ لِمَ قَالَ لِأَنَّهُ كَانَ عِنْدَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصِلُ شَعْبَانَ بِرَمَضَانَ

Abu Daud berkata: "Abdurrahman tidak meriwayatkan hadits ini. Lalu aku tanyakan kepada Ahmad, 'Mengapa?' Ia menjawab, 'Karena redaksi hadits yang berasal darinya adalah: Rasulullah SAW menyambung puasa Sya'ban dengan (puasa) Ramadhan'."

قَالَ أَبُو دَاوُد وَلَيْسَ هَذَا عِنْدِي خِلَافُهُ وَلَمْ يَجِئْ بِهِ غَيْرُ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ

Abu Daud berkata lagi, "Menurutku hadits yang diriwayatkan oleh selain Al Ala" dan dari ayahnya adalah tidak benar."

Persaksian Dua Laki-Laki atas Penglihatan Hilal Syawal

حُسَيْنُ بْنُ الْحَارِثِ الْجَدَلِيُّ مِنْ جَدِيلَةَ قَيْسٍ أَنَّ أَمِيرَ مَكَّةَ خَطَبَ ثُمَّ قَالَ عَهِدَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَنْسُكَ لِلرُّؤْيَةِ فَإِنْ لَمْ نَرَهُ وَشَهِدَ شَاهِدَا عَدْلٍ نَسَكْنَا بِشَهَادَتِهِمَا فَسَأَلْتُ الْحُسَيْنَ بْنَ الْحَارِثِ مَنْ أَمِيرُ مَكَّةَ قَالَ لَا أَدْرِي ثُمَّ لَقِيَنِي بَعْدُ فَقَالَ هُوَ الْحَارِثُ بْنُ حَاطِبٍ أَخُو مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ ثُمَّ قَالَ الْأَمِيرُ إِنَّ فِيكُمْ مَنْ هُوَ أَعْلَمُ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ مِنِّي وَشَهِدَ هَذَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى رَجُلٍ قَالَ الْحُسَيْنُ فَقُلْتُ لِشَيْخٍ إِلَى جَنْبِي مَنْ هَذَا الَّذِي أَوْمَأَ إِلَيْهِ الْأَمِيرُ قَالَ هَذَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ وَصَدَقَ كَانَ أَعْلَمَ بِاللَّهِ مِنْهُ فَقَالَ بِذَلِكَ أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

. Dari Husain bin Al Harits Al Jadali -dari Jadilah Qais- ia berkata: Amir Makkah berkhutbah. Kemudian ia melanjutkan perkataannya, "Rasulullah berpesan kepada kami agar beribadah karena adanya ruyah (penglihatan hilal). Apabila kita tidak melihatnya, namun ternyata ada dua saksi yang adil yang menyaksikan (hilal), maka kami beribadah (shalat Idul Fitri) berdasarkan kesaksian keduanya." Aku lalu bertanya kepada Al Husain bin Al Harits, "Siapakah Amir Makkah?" Ia menjawab," Saya tidak tahu, setelah itu dia menemuiku dan berkata, "Dia adalah Al Haris bin Hatib, yaitu saudara Muhammad bin Hatib." Kemudian Al Amir berkata, "Sesungguhnya di antara kalian ada seorang yang lebih tahu mengenai Allah (kitab) dan Rasul-Nya (hadits) daripada saya, dan orang ini senantiasa bersama Rasulullah SAW," Amir menunjuk seorang laki-laki dengan tangannya. Al Husain berkata: Aku lalu berkata kepada orang tua yang ada di sebelahku, "Siapa laki-laki yang ditunjuk oleh Al Amir?" Orang tua itu berkata, "Abdullah bin Umar, dan memang benar, dia (Abdullah bin Umar) lebih tahu mengenai Allah dan Rasul-Nya daripada Al Amir." Kemudian Abdullah bin Umar berkata, "Dengan itulah Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami." (Shahih)

عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اخْتَلَفَ النَّاسُ فِي آخِرِ يَوْمٍ مِنْ رَمَضَانَ فَقَدِمَ أَعْرَابِيَّانِ فَشَهِدَا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّهِ لَأَهَلَّا الْهِلَالَ أَمْسِ عَشِيَّةً فَأَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّاسَ أَنْ يُفْطِرُوا زَادَ خَلَفٌ فِي حَدِيثِهِ وَأَنْ يَغْدُوا إِلَى مُصَلَّاهُمْ

. Dari seorang sahabat Nabi SAW, ia berkata, "Orang-orang berbeda pendapat mengenai akhir bulan Ramadhan, kemudian datanglah dua orang Badui (Arab pedalaman) yang bersaksi kepada Nabi SAW —dengan menggunakan asma Allah— bahwa mereka melihat hilal kemarin malam. Rasulullah pun memerintahkan orang-orang agar tidak berpuasa. Dalam sebuah tambahan disebutkan, "Agar mereka pergi ke masjid mereka." (Shahih)

Persaksian Satu Orang atas Penglihatan Hilal Bulan Ramadhan

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ تَرَاءَى النَّاسُ الْهِلَالَ فَأَخْبَرْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنِّي رَأَيْتُهُ فَصَامَهُ وَأَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ

. Dari Ibnu Umar, ia berkata, "Orang-orang berusaha melihat hilal, kemudian aku memberitahu Rasulullah SAW bahwa aku telah melihat hilal. Setelah itu Rasulullah SAW berpuasa dan memerintahkan orang-orang agar berpuasa." (Shahih)

Pengukuhan Sahur

عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ فَصْلَ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ

. Dari Amru bin Al Ash, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya yang membedakan antara puasa kita dengan puasanya ahli kitab adalah makan sahur. " (Shahih: Muslim)

Menamakan Sahur dengan Ghada'

عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ دَعَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى السَّحُورِ فِي رَمَضَانَ فَقَالَ هَلُمَّ إِلَى الْغَدَاءِ الْمُبَارَكِ

. Dari Al Irbadh bin Sariyah, ia berkata: Rasulullah SAW menggundangku makan sahur pada bulan Ramadhan, kemudian beliau bersabda, "Ayo kemari untuk makan yang diberkahi. " (Shahih)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نِعْمَ سَحُورُ الْمُؤْمِنِ التَّمْرُ

. Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Sebaik-baiknya santapan sahur orang mukmin adalah kurma. " (Shahih)

Waktu Sahur

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَوَادَةَ الْقُشَيْرِيِّ عَنْ أَبِيهِ سَمِعْتُ سَمُرَةَ بْنَ جُنْدُبٍ يَخْطُبُ وَهُوَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَمْنَعَنَّ مِنْ سُحُورِكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ وَلَا بَيَاضُ الْأُفْقِ الَّذِي هَكَذَا حَتَّى يَسْتَطِيرَ

. Dari Sawdah Al Qusyairi, ia berkata: "Aku mendengar Samurah bin Jundub berkhutbah dengan berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Sungguh, adzan bilal tidak melarang makan sahur kalian semua dan tidak pula terangnya cakrawala -yang seperti ini- hingga terang" (Shahih: Muslim)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ مِنْ سُحُورِهِ فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ أَوْ قَالَ يُنَادِي لِيَرْجِعَ قَائِمُكُمْ وَيَنْتَبِهَ نَائِمُكُمْ وَلَيْسَ الْفَجْرُ أَنْ يَقُولَ هَكَذَا قَالَ مُسَدَّدٌ وَجَمَعَ يَحْيَى كَفَّيْهِ حَتَّى يَقُولَ هَكَذَا وَمَدَّ يَحْيَى بِأُصْبُعَيْهِ السَّبَّابَتَيْنِ

. Dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh, adzan bilal tidak melarang kalian dari makan sahur, karena bilal mengumandangkan adzan -atau berkata: melakukan panggilan- agar orang yang melakukan qiyamullalil beristirahat, dan membangunkan orang yang tidur di antara kalian semua. Sementara waktu fajar tidak bisa dikatakan seperti ini." —Yahya (perawinya) mengumpulkan telapak tangannya— hingga ia mengatakan, "Seperti ini -dan Yahya membentangkan kedua jari telunjuknya." (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

قَيْسُ بْنُ طَلْقٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا يَهِيدَنَّكُمْ السَّاطِعُ الْمُصْعِدُ فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَعْتَرِضَ لَكُمْ الْأَحْمَرُ

. Dari Thalq ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Makan serta minumlah kalian dan janganlah sesuatu yang terang, yang naik ke atas, mengagetkan kalian. Makan dan minumlah kalian hingga terlihat oleh kalian mega merah. " (Hasan Shahih)

عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنْ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ } قَالَ أَخَذْتُ عِقَالًا أَبْيَضَ وَعِقَالًا أَسْوَدَ فَوَضَعْتُهُمَا تَحْتَ وِسَادَتِي فَنَظَرْتُ فَلَمْ أَتَبَيَّنْ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضَحِكَ فَقَالَ إِنَّ وِسَادَكَ لَعَرِيضٌ طَوِيلٌ إِنَّمَا هُوَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ و قَالَ عُثْمَانُ إِنَّمَا هُوَ سَوَادُ اللَّيْلِ وَبَيَاضُ النَّهَارِ

. Dari Adi bin Hatim ia berkata: "Ketika ayat ini, "Makanlah dan minumlah sampai jelas bagimu antara benang putih dan benang hitam." (Qs. Al Baqarah [2]: 187) turun, aku mengambil ikat kepala berwarna putih dan ikat kepala berwarna hitam, kemudian meletakkan keduanya di bawah bantalku. Setelah itu aku memperhatikannya, tetapi aku tetap belum jelas. Aku lalu menuturkan hal itu kepada Rasulullah SAW, dan beliau tertawa kemudian bersabda, "Sesungguhnya bantalmu adalah lebar dan panjang. Yang dimaksud dengan keduanya (benang putih dan hitam) adalah malam dan siang." (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Utsman (perawi) berkata, "Maksud keduanya adalah hitamnya malam dan putihnya siang."

Orang yang Mendengar Suara Panggilan (Adzan) sedangkan Tangannya Masih Memegang Tempat Makanan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَمِعَ أَحَدُكُمْ النِّدَاءَ وَالْإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ فَلَا يَضَعْهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ مِنْهُ

. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Jika salah satu di antara kalian mendengar suara panggilan (adzan), sedangkan dia dalam keadaan memegang tempat (makanan), maka janganlah ia meletakkannya hingga ia menuntaskan hajatnya (menyelesaikan makan). " {Hasan Shahih)

Waktu Berbuka Orang yang Berpuasa

عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَاءَ اللَّيْلُ مِنْ هَا هُنَا وَذَهَبَ النَّهَارُ مِنْ هَا هُنَا زَادَ مُسَدَّدٌ وَغَابَتْ الشَّمْسُ فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ

. Dari Umar, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Jika malam tiba dari sini dan siang hilang dari sini, serta matahari telah tenggelam, maka orang yang berpuasa telah berbuka." (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أَوْفَى يَقُولُ سِرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ صَائِمٌ فَلَمَّا غَرَبَتْ الشَّمْسُ قَالَ يَا بِلَالُ انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ أَمْسَيْتَ قَالَ انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَلَيْكَ نَهَارًا قَالَ انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا فَنَزَلَ فَجَدَحَ فَشَرِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ إِذَا رَأَيْتُمْ اللَّيْلَ قَدْ أَقْبَلَ مِنْ هَا هُنَا فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ قِبَلَ الْمَشْرِقِ

. Dari Abdullah bin Abu Aufa, ia berkata: Kami berjalan bersama Rasulullah SAW yang sedang dalam keadaan puasa. Tatkala matahari terbenam, beliau berkata kepada Bilal, "Wahai Bilal! Turunlah dan buatkan makanan untuk kami. " Bilal lalu berkata, "Wahai Rasulullah, (nanti) jika sudah memasuki waktu sore! Rasulullah tetap berkata, "Turun dan buatkan makanan untuk kami." Bilal berkata, "Ya Rasulullah, waktu masih siang! Rasulullah berkata lagi, "Turun dan buatkan makanan untuk kami." Bilal pun turun dan membuat makanan, lalu Rasulullah SAW makan. Setelah itu Rasulullah bersabda, "Jika kalian telah melihat malam menghadap dari sini, maka orang yang berpuasa telah berbuka. " —Rasulullah menunjuk dengan jari-jarinya ke arah timur—. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Sunnah Mempercepat Berbuka

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَزَالُ الدِّينُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ النَّاسُ الْفِطْرَ لِأَنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى يُؤَخِّرُونَ

. Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Agama (Islam) senantiasa jaya selama orang-orang menyegerakan berbuka, karena orang Yahudi dan Nasrani selalu mengakhirkan berbuka." (Hasan)

عَنْ أَبِي عَطِيَّةَ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَا وَمَسْرُوقٌ فَقُلْنَا يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ رَجُلَانِ مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدُهُمَا يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ الصَّلَاةَ وَالْآخَرُ يُؤَخِّرُ الْإِفْطَارَ وَيُؤَخِّرُ الصَّلَاةَ قَالَتْ أَيُّهُمَا يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ الصَّلَاةَ قُلْنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَتْ كَذَلِكَ كَانَ يَصْنَعُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

. Dari Abu Athiyyah, ia berkata: Aku dan Masruq pernah singgah di kediaman Aisyah. Kemudian kami bertanya (kepada beliau), "Wahai Ummul Mukminin! Ada dua orang sahabat Nabi SAW yang salah satunya menyegerakan berbuka dan menyegerakan shalat, sedangkan yang satunya lagi mengakhirkan berbuka dan mengakhirkan shalat (bagaimana menurut anda)?" Aisyah berkata, "Siapa di antara keduanya yang menyegerakan berbuka dan menyegerakan shalat?" Kami menjawab, "Abdullah." Aisyah berkata, "Begitulah Rasulullah SAW melakukannya." (Shahih: Muslim)

Makanan untuk Berbuka

أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

. Dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah pernah berbuka dengan kurma yang matang sebelum beliau melakukan shalat. Jika tidak ada kurma yang matang maka beliau memakan kurma kering. Jika tetap tidak ada maka beliau berbuka dengan minum beberapa teguk air. (Shahih)

Doa Berbuka Puasa

مَرْوَانُ يَعْنِي ابْنَ سَالِمٍ الْمُقَفَّعَ قَالَ رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يَقْبِضُ عَلَى لِحْيَتِهِ فَيَقْطَعُ مَا زَادَ عَلَى الْكَفِّ وَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

. Dari Marwan bin Salim Al Muqaffa, ia berkata: Aku melihat Ibnu Umar menggenggam jenggotnya lalu memotong jenggot yang melebihi (genggaman) telapak tangannya. Ia berkata, "Rasulullah SAW ketika berbuka pernah bersabda, ''Rasa haus telah hilang dan kerongkongan telah basah, pahala pun telah tetap, insya Allah'. " (Hasan)

Berbuka sebelum Matahari Terbenam

عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ قَالَتْ أَفْطَرْنَا يَوْمًا فِي رَمَضَانَ فِي غَيْمٍ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ طَلَعَتْ الشَّمْسُ قَالَ أَبُو أُسَامَةَ قُلْتُ لِهِشَامٍ أُمِرُوا بِالْقَضَاءِ قَالَ وَبُدٌّ مِنْ ذَلِكَ

. Dari Asma binti Abu Bakar, ia berkata, "Pada masa Rasulullah SAW, kami pernah berbuka puasa Ramadhan pada saat hari sedang mendung. Namun tiba-tiba matahari muncul."

Abu Usamah (perawinya) berkata, "Aku bertanya kepada Hisyam, 'Apakah mereka disuruh menqadha?' Hisyam berkata, 'Ya, harus diqadha!'." (Shahih: Bukhari)

Puasa Wishal (Tanpa Berbuka saat Maghrib sampai dengan Sahur)

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ الْوِصَالِ قَالُوا فَإِنَّكَ تُوَاصِلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنِّي لَسْتُ كَهَيْئَتِكُمْ إِنِّي أُطْعَمُ وَأُسْقَى

. Dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah SAW melarang puasa wishal. Orang-orang berkata (kepada Rasulullah), "Sungguh, Anda pemah melakukan puasa wishal ya Rasulullah!" Rasulullah SAW pun bersabda, "Sesungguhnya aku bukanlah seperti keadaan kalian semua, aku diberi makan dan minum (oleh Allah)." (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا تُوَاصِلُوا فَأَيُّكُمْ أَرَادَ أَنْ يُوَاصِلَ فَلْيُوَاصِلْ حَتَّى السَّحَرَ قَالُوا فَإِنَّكَ تُوَاصِلُ قَالَ إِنِّي لَسْتُ كَهَيْئَتِكُمْ إِنَّ لِي مُطْعِمًا يُطْعِمُنِي وَسَاقِيًا يَسْقِينِي

. Dari Abu Sa'id Al Khudri: Ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian berpuasa wishal (bersambung). Orang yang ingin wishal, maka lakukanlah sampai waktu sahur." Para sahabat bertanya, "Engkau sendiri (pernah puasa) wishal ya Rasul." Beliau menjawab, "Keadaanku tidak seperti keadaan kalian, sebab ada yang memberi makan dan minum kepadaku. " (Shahih: Bukhari)

Ghibah bagi Orang yang Berpuasa

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan melakukan kedustaan, maka Allah tidak menerima ibadah meninggalkan makan dan minumnya (puasa). " (Shahih: Bukhari)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصِّيَامُ جُنَّةٌ إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ فَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ

. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Puasa adalah perisai. Jika salah satu dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor atau bertindak bodoh. Apabila ada seseorang yang mau membunuhnya atau ingin mencacinya, maka katakan, 'Aku sedang puasa, aku sedang berpuasa'. " {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Grang Berpuasa yang Menyiramkan Air karena Rasa Haus dan Berlebihan dalam Berkumur

عن أبي بكر بن عبد الرحمن عن بعض أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم قال : رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم أمر الناس في سفره عام الفتح بالفطر وقال تقووا لعدوكم وصام رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أبو بكر قال الذي حدثني لقد رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم بالعرج يصب على رأسه الماء وهو صائم من العطش أو من الحر

. Dari Abu Bakar bin Abdurrahman. —sahabat Nabi— ia berkata: "Dalam suatu bepergian Nabi (yaitu hari penaklukan kota Makkah) aku melihat beliau memerintahkan orang-orang agar berbuka, lalu beliau bersabda, "Kuatkanlah kalian dalam menghadapi musuh. " Sedangkan beliau sendiri berpuasa.

Abu Bakar berkata: Salah seorang bercerita kepadaku, "Aku melihat Rasulullah berada di puncak sedang menyiramkan air ke atas kepala beliau, sementara beliau sedang berpuasa, sebagai peredam rasa haus dan panas. (Shahih)

عن لقيط بن صبرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : بالغ في الاستنشاق إلا أن تكون صائما

. Dari Laqith bin Shabrah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Mantapkanlah dalam berkumur kecuali ketika sedang berpuasa." (Shahih)

Hadits ini ada kaitannya dengan hadits no. 142.

Orang Berpuasa yang Melakukan Hijamah (Bekam)

عَنْ ثَوْبَانَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُومُ

. Dari Tsauban: Nabi bersabda, "Orang yang berbekam dan orang yang dibekam adalah hukumnya tidak berpuasa (batal). " (Shahih)

أبو قلابة الجرمي أنه أخبره أن شداد بن أوس بينما هو يمشي مع النبي صلى الله عليه وسلم فذكر : نحوه

. Dari Abu Qilabah Al Jarmi: Syaddad bin Aus ketika berjalan bersama Rasulullah... kemudian perawi menyebutkan hadits seperti di atas. (Shahih)

عن شداد بن أوس : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أتى على رجل بالبقيع وهو يحتجم وهو آخذ بيدي لثمان عشرة خلت من رمضان فقال أفطر الحاجم والمحجوم

. Dari Syaddad bin Aus: Rasulullah SAW mendatangi seorang laki-laki di Baqi' yang sedang berbekam, beliau memegang tanganku, saat itu tanggal 18 Ramadhan, kemudian beliau bersabda, "Orang yang membekam dan yang di bekam sama-sama batal puasanya." (Shahih)

. Dari Tsauban: Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang membekam dan yang dibekam sama-sama tidak berpuasa. " (Shahih)

. Dari Tsauban, dari Nabi, beliau bersabda, "Orang yang membekam dan yang dibekam sama-sama tidak berpuasa. " (Shahih)

Keringanan bagi Orang Berpuasa yang Berbekam

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ احْتَجَمَ وَهُوَ صَائِمٌ

. Dari Ibnu Abbas: Rasulullah SAW berbekam dalam keadaan berpuasa. (Shahih: Bukhari)

رجل من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم نهى عن الحجامة والمواصلة ولم يحرمهما إبقاء على أصحابه فقيل له يا رسول الله إنك تواصل إلى السحر فقال إني أواصل إلى السحر وربي يطعمني ويسقيني

. Dari seorang sahabat Nabi: Rasulullah melarang hijamah (bekam) dan muwashalah (puasa yang bersambung), namun tidak sampai mengharamkan keduanya lantaran merasa kasihan terhadap para sahabat. Kemudian ditanyakan kepada beliau, "Wahai Rasul, sesungguhnya engkau juga berpuasa sampai waktu sahur?" Nabi menjawab, "Aku berpuasa sampai waktu sahur dan Tuhanku yang memberi makan serta minum kepadaku. " (Shahih)

عَنْ ثَابِتٍ قَالَ قَالَ أَنَسٌ مَا كُنَّا نَدَعُ الْحِجَامَةَ لِلصَّائِمِ إِلَّا كَرَاهِيَةَ الْجَهْدِ

. Dari Tsabit, ia berkata: Anas berkata, "Kami tidak melarang berbekam bagi orang berpuasa kecuali khawatir dirasa berat. (Shahih: Bukhari)

Memakai Celak ketika Hendak Tidur bagi Orang yang Berpuasa

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ كَانَ يَكْتَحِلُ وَهُوَ صَائِمٌ

. Dari Anas bin Malik: Dia pernah memakai celak mata, sementara ia sedang berpuasa. (Hasan Mauquf)

عَنْ الْأَعْمَشِ قَالَ مَا رَأَيْتُ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِنَا يَكْرَهُ الْكُحْلَ لِلصَّائِمِ وَكَانَ إِبْرَاهِيمُ يُرَخِّصُ أَنْ يَكْتَحِلَ الصَّائِمُ بِالصَّبِرِ

. Dari Al A'masy, ia berkata: Aku sama sekali tidak melihat para sahabat membenci memakai celak mata bagi orang berpuasa. Ibrahim memberi keringanan kepada orang yang berpuasa untuk memakai celak mata dari perasan pohon yang pahit. (Hasan)

Muntah dengan Sengaja bagi Orang yang Berpuasa

عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من ذرعه قيء وهو صائم فليس عليه قضاء وإن استقاء فليقض

. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa muntah (tidak sengaja) saat sedang berpuasa, maka baginya tidak ada qadha' (puasanya sah), tapi apabila muntah (dengan sengaja) maka baginya qadha'. " (Shahih)

معدان بن طلحة أن أبا الدرداء حدثه : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قاء فأفطر فلقيت ثوبان مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم في مسجد دمشق فقلت إن أبا الدرداء حدثني أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قاء فأفطر قال صدق وأنا صببت له وضوءه صلى الله عليه وسلم

. Dari Ma'dan bin Thalhah: Abu Darda' peraah memberitahu dirinya bahwa Rasulullah muntah kemudian beliau tidak berpuasa. Kemudian aku bertemu Tsauban di dalam masjid di Damaskus, maka aku bertanya kepadanya, "Abu Hurairah memberitahuku kalau Rasulullah pernah muntah dan beliau langsung tidak berpuasa?" Ia (Tsauban) menjawab, "Benar, aku sendiri yang menyiramkan air untuk wudhu beliau." (Shahih)

Mencium bagi Orang yang Berpuasa

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ وَهُوَ صَائِمٌ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ وَلَكِنَّهُ كَانَ أَمْلَكَ لِإِرْبِهِ

. Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah pernah mencium saat beliau sedang berpuasa. Beliau juga pemah berkumpul (bermesraan) dengan istrinya saat beliau sedang berpuasa. Tetapi (itu) beliau (lakukan karena beliau) lebih mampu mengendalikan nafsunya. (Shahih: Muttafaq 'Alaih).

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ فِي شَهْرِ الصَّوْمِ

. Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah pernah mencium dalam bulan puasa. (Shahih: Muslim)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُنِي وَهُوَ صَائِمٌ وَأَنَا صَائِمَةٌ

. Dari Aisyah RA, ia berkata: Rasululllah pernah menciumku saat beliau dan aku sedang berpuasa. (Shahih)

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ هَشَشْتُ فَقَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صَنَعْتُ الْيَوْمَ أَمْرًا عَظِيمًا قَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ قَالَ أَرَأَيْتَ لَوْ مَضْمَضْتَ مِنْ الْمَاءِ وَأَنْتَ صَائِمٌ قَالَ عِيسَى بْنُ حَمَّادٍ فِي حَدِيثِهِ قُلْتُ لَا بَأْسَ بِهِ ثُمَّ اتَّفَقَا قَالَ فَمَهْ

. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah ia berkata, Umar bin Al Khaththab berkata: Aku merindukannya, maka aku mencium (istri), sementara aku sedang berpuasa. Aku lalu mengadu kepada Nabi, "Wahai Rasulullah, hari ini aku telah berbuat perkara yang besar, karena aku telah mencium (istri) saat aku sedang puasa." Rasulullah lalu bersabda, "Bagaimana menurutmu bila kamu berkumur dengan air saat kamu sedang puasa? " Aku menjawab, "Tidak apa-apa" Nabi pun bersabda, "Ya, lalu kenapa (ditanyakan)? " (Shahih)

Makruhnya Mencium Istri bagi Orang Muda

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْمُبَاشَرَةِ لِلصَّائِمِ فَرَخَّصَ لَهُ وَأَتَاهُ آخَرُ فَسَأَلَهُ فَنَهَاهُ فَإِذَا الَّذِي رَخَّصَ لَهُ شَيْخٌ وَالَّذِي نَهَاهُ شَابٌّ

. Dari Abu Hurairah: Ada seorang laki-laki (berusia tua) bertanya kepada Nabi tentang sikap bermesraan (dengan istri) bagi orang yang sedang berpuasa. Nabi lalu memberi keringanan padanya. Kemudian datang lagi seorang laki-laki (berusia muda) yang menanyakan hal yang sama, namun ternyata Nabi melarangnya. Jadi, yang diberi keringanan adalah orang tua, sedangkan yang dilarang adalah anak muda. (Hasan Shahih)

Orang yang Junub pada Bulan Ramadhan

عن عائشة وأم سلمة زوجي النبي صلى الله عليه وسلم أنهما قالتا : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصبح جنبا قال عبد الله الأذرمي في حديثه في رمضان من جماع غير احتلام ثم يصوم

. Dari Aisyah dan Ummu Salamah (dua istri Nabi), mereka berkata: Rasulullah pernah junub, —Abdullah bin Al Adzrami dalam haditsnya berkata: Pada bulan Ramadhan— dari bersetubuh dan bukan bermimpi (basah), kemudian beliau berpuasa. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عن عائشة زوج النبي صلى الله عليه وسلم : أن رجلا قال لرسول الله صلى الله عليه وسلم وهو واقف على الباب يا رسول الله إني أصبح جنبا وأنا أريد الصيام فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم وإنا أصبح جنبا وأنا أريد الصيام فأغتسل وأصوم فقال الرجل يا رسول الله إنك لست مثلنا قد غفر الله لك ما تقدم من ذنبك وما تأخر فغضب رسول الله صلى الله عليه وسلم وقال والله إني لأرجو أن أكون أخشاكم لله وأعلمكم بما أتبع

. Dari Aisyah (istri Nabi): Ada seorang laki-laki melapor kepada Nabi (saat itu beliau berdiri di depan pintu), "Ya Rasul, aku sedang junub namun aku ingin berpuasa." Beiiau kemudian bersabda, "Aku juga sedang junub dan ingin berpuasa. Oleh karena itu, aku mandi lalu berpuasa. " Laki-laki tadi bertanya, "Ya Rasul, Anda bukan seperti kami, karena Allah telah memaafkan Anda atas dosa-dosa yang telah lewat dan yang akan datang." Temyata Rasulullah langsung marah dan bersabda, "Demi Allah, aku berharap diriku adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian dan lebih mengetahui dengan apa yang aku ikuti. " (Shahih: Muslim)

Kafarat Bersetubuh pada Bulan Ramadhan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ هَلَكْتُ فَقَالَ مَا شَأْنُكَ قَالَ وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِي فِي رَمَضَانَ قَالَ فَهَلْ تَجِدُ مَا تُعْتِقُ رَقَبَةً قَالَ لَا قَالَ فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ قَالَ لَا قَالَ فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تُطْعِمَ سِتِّينَ مِسْكِينًا قَالَ لَا قَالَ اجْلِسْ فَأُتِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ فَقَالَ تَصَدَّقْ بِهِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا بَيْنَ لَابَتَيْهَا أَهْلُ بَيْتٍ أَفْقَرُ مِنَّا فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ ثَنَايَاهُ قَالَ فَأَطْعِمْهُ إِيَّاهُمْ

. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah dan berkata, "Aku telah celaka wahai Rasul." Nabi bertanya, "Apa yang telah kamu lakukan?" Ia menjawab, "Aku bersetubuh dengan istriku pada bulan Ramadhan." Nabi bertanya, "Apakah kamu mampu memerdekakan budak?" Ia menjawab, "Tidak." Nabi bertanya, "Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan berturut-turut? " Ia menjawab, "Tidak." Nabi bertanya lagi, "Apakah kamu mampu memberi makan enam puluh orang miskin?" Ia menjawab, "Tidak." Nabi lalu menyuruhnya untuk duduk, sesaat kemudian Nabi datang dengan membawa segantang kurma, lalu berkata, "Bersedekahlah dengan kurma ini. " Ia menjawab, "Wahai Rasul, di daerahku tidak ada yang lebih fakir daripada (keluarga)ku." Mendengar jawaban lelaki itu, Rasulullah tertawa sampai kelihatan gigi seri beliau, lalu bersabda, "Berilah mereka (keluarganya) makan dengan kurma ini. " {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْحَدِيثِ بِمَعْنَاهُ زَادَ الزُّهْرِيُّ وَإِنَّمَا كَانَ هَذَا رُخْصَةً لَهُ خَاصَّةً فَلَوْ أَنَّ رَجُلًا فَعَلَ ذَلِكَ الْيَوْمَ لَمْ يَكُنْ لَهُ بُدٌّ مِنْ التَّكْفِيرِ

. Dari Abu Hurairah —seperti hadits tadi—. Az-Zuhri (perawi hadits ini) menambahkan: Hal itu merupakan keringanan yang berlaku hanya untuk lelaki tersebut. Seandainya hari ini ada orang yang melakukan perbuatan tersebut, maka harus membayar kafarat. (Shahih: Muslim)

Perkataan Az-Zuhri tersebut bertentangan dengan aslinya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا أَفْطَرَ فِي رَمَضَانَ فَأَمَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُعْتِقَ رَقَبَةً أَوْ يَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ أَوْ يُطْعِمَ سِتِّينَ مِسْكِينًا قَالَ لَا أَجِدُ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْلِسْ فَأُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ فَقَالَ خُذْ هَذَا فَتَصَدَّقْ بِهِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَحَدٌ أَحْوَجُ مِنِّي فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ وَقَالَ لَهُ كُلْهُ. أَنَّ رَجُلًا أَفْطَرَ وَقَالَ فِيهِ أَوْ تُعْتِقَ رَقَبَةً أَوْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ أَوْ تُطْعِمَ سِتِّينَ مِسْكِينًا

. Dari Abu Hurairah: Ada seorang lelaki membatalkan puasanya (dengan bersetubuh) pada bulan Ramadhan, maka Rasulullah memerintahkannya memerdekakan budak, atau puasa dua bulan berturut-turut, atau memberi makan enam puluh orang miskin. Tetepi lelaki tersebut menjawab, "Aku tidak punya (apa-apa)." Rasulullah kemudian mempersilakan duduk, setelah itu Rasulullah datang dengan membawa kurma segantang lalu berkata, "Ambillah ini dan sedekahkanlah." Lelaki tadi menjawab, "Wahai Rasul, tak ada seorang pun yang lebih membutuhkan kecuali (keluarga)ku." Rasulullah kemudian tertawa sampai kelihatan dua gigi serinya, lalu bersabda, "Makanlah. " {Shahih: Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan: Ada seorang laki-laki tidak berpuasa, maka Rasulullah berkata kepada lelaki tadi, "Atau kamu memerdekakan budak, atau puasa dua bulan, atau memberi makan enam puluh orang miskin. "

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْطَرَ فِي رَمَضَانَ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ فَأُتِيَ بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ قَدْرُ خَمْسَةَ عَشَرَ صَاعًا وَقَالَ فِيهِ كُلْهُ أَنْتَ وَأَهْلُ بَيْتِكَ وَصُمْ يَوْمًا وَاسْتَغْفِرْ اللَّهَ

. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Ada seorang laki-laki membatalkan puasa (dengan bersetubuh) pada bulan Ramadhan —seperti hadits tadi— Perawi berkata: Rasulullah lalu mengambil sekeranjang kurma, sekitar 15 sha' lalu bersabda, "Makanlah (kurma ini) bersama keluargamu, puasalah sehari, dan mintalah ampun kepada Allah. "(Shahih)

عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقُولُ أَتَى رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ فِي رَمَضَانَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ احْتَرَقْتُ فَسَأَلَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا شَأْنُهُ قَالَ أَصَبْتُ أَهْلِي قَالَ تَصَدَّقْ قَالَ وَاللَّهِ مَا لِي شَيْءٌ وَلَا أَقْدِرُ عَلَيْهِ قَالَ اجْلِسْ فَجَلَسَ فَبَيْنَمَا هُوَ عَلَى ذَلِكَ أَقْبَلَ رَجُلٌ يَسُوقُ حِمَارًا عَلَيْهِ طَعَامٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيْنَ الْمُحْتَرِقُ آنِفًا فَقَامَ الرَّجُلُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَصَدَّقْ بِهَذَا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَعَلَى غَيْرِنَا فَوَاللَّهِ إِنَّا لَجِيَاعٌ مَا لَنَا شَيْءٌ قَالَ كُلُوهُ

. Dari Aisyah (istri Nabi), ia berkata: Ada seorang laki-laki mendatangi Nabi SAW di masjid pada bulan Ramadhan, lalu berkata, "Wahai Rasul, aku telah melakukan kesalahan." Nabi bertanya, "Apa yang telah kamu lakukan?" Ia menjawab, "Aku bersetubuh dengan istriku." Nabi menjawab, "Bersedekahlah." Ia menjawab, "Demi Allah, aku tidak memiliki apa-apa dan aku tidak mampu melakukan apa-apa." Kemudian Nabi mempersilakannya duduk. Saat ia duduk, ada seseorang yang sedang mengendarai keledai dengan membawa makanan, maka Rasulullah berkata, "Mana orang yang melakukan kesalahan tadi.?" laki-laki tadi lalu berdiri, kemudian Rasulullah bersabda kepadanya, "Bersedekahlah dengan ini (makanan tersebut). " Lelaki tadi menjawab, "Wahai Rasul, apakah untuk selain kami? Demi Allah, kami adalah orang yang paling lapar dan kami tidak memiliki apa-apa." Setelah itu Nabi bersabda, "Makanlah (bersama keluargamu)." {Shahih: Muslim)

Orang yang Makan karena Lupa

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَكَلْتُ وَشَرِبْتُ نَاسِيًا وَأَنَا صَائِمٌ فَقَالَ اللَّهُ أَطْعَمَكَ وَسَقَاكَ

. Dari Abu Hurairah, ia berkata: ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah, lalu berkata, "Wahai Rasul, aku telah makan dan minum karena lupa saat sedang berpuasa." Beliau bersabda, "(Itu berarti) Allah telah memberi makan dan minum kepadamu." {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Mengakhirkan Qadha' Puasa Ramadhan

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَمِعَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تَقُولُ إِنْ كَانَ لَيَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَهُ حَتَّى يَأْتِيَ شَعْبَانُ

. Dari Abu Salamah bin Abdurrahman, dia mendengar Aisyah RA berkata, "Jika aku mempunyai tanggungan (utang) puasa bulan Ramadhan dan aku tidak mampu membayarnya, maka aku membayamya saat bulan Sya'ban tiba." (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Orang yang Meninggal dan Masih Mempunyai Tanggungan Puasa

عن عائشة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : من مات وعليه صيام صام عنه وليه قال أبو داود هذا في النذر وهو قول أحمد بن حنبل

. Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa meninggal dunia dan masih mempunyai tanggungan puasa, maka yang mengganti puasanya adalah walinya. "

Abu Daud berkata: Hal ini berlaku jika puasanya itu nadzar. Ahmad bin Hanbal juga berpendapat seperti itu. {Shahih'. Muslim)

عن بن عباس قال : إذا مرض الرجل في رمضان ثم مات ولم يصم أطعم عنه ولم يكن عليه قضاء وإن كان عليه نذر قضى عنه وليه

. Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Ketika seseorang sakit pada bulan Ramadhan, kemudian ia meninggal dunia dan belum sempat mengganti puasanya, maka dibayarkan dengan fidyah dan tidak ada qadha' puasa. Tapi jika puasanya itu puasa nadzar, maka walinya harus mengqadha'nya. (Shahih)

Berpuasa saat Bepergian

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ حَمْزَةَ الْأَسْلَمِيَّ سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي رَجُلٌ أَسْرُدُ الصَّوْمَ أَفَأَصُومُ فِي السَّفَرِ قَالَ صُمْ إِنْ شِئْتَ وَأَفْطِرْ إِنْ شِئْتَ

. Dari Aisyah: Hamzah As-Salami bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasul, aku sering berpuasa, jadi apakah aku hams berpuasa ketika bepergian?" Nabi menjawab, "Terserah. Jika ingin puasa maka puasalah, dan jika tidak ingin puasa maka jangan puasa. " (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمَدِينَةِ إِلَى مَكَّةَ حَتَّى بَلَغَ عُسْفَانَ ثُمَّ دَعَا بِإِنَاءٍ فَرَفَعَهُ إِلَى فِيهِ لِيُرِيَهُ النَّاسَ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ فَكَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَقُولُ قَدْ صَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَفْطَرَ فَمَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ

. Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah keluar dari Madinah menuju Makkah sampai ke daerah 'Usfan, kemudian beliau meminta sebuah tempat minum, lalu beliau angkat ke mulut beliau, agar dapat dilihat orang. Itu terjadi pada bulan Ramadhan. Ibnu Abbas mengatakan: Saat itu Rasul sedang berpuasa, namun kemudian berbuka (sebelum waktu buka tiba). Orang yang ingin tetap berpuasa maka berpuasalah, dan yang tidak melanjutkan puasa maka berbukalah. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ أَنَسٍ قَالَ سَافَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَصَامَ بَعْضُنَا وَأَفْطَرَ بَعْضُنَا فَلَمْ يَعِبْ الصَّائِمُ عَلَى الْمُفْطِرِ وَلَا الْمُفْطِرُ عَلَى الصَّائِمِ

. Dari Anas, ia berkata: Kami bepergian bersama Rasulullah; di antara kami ada yang puasa dan ada yang tidak. Yang berpuasa tidak mencela orang yang tidak berpuasa, sedangkan yang tidak berpuasa tidak mencela orang yang berpuasa. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ قَزَعَةَ قَالَ أَتَيْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ وَهُوَ يُفْتِي النَّاسَ وَهُمْ مُكِبُّونَ عَلَيْهِ فَانْتَظَرْتُ خَلْوَتَهُ فَلَمَّا خَلَا سَأَلْتُهُ عَنْ صِيَامِ رَمَضَانَ فِي السَّفَرِ فَقَالَ خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ عَامَ الْفَتْحِ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ وَنَصُومُ حَتَّى بَلَغَ مَنْزِلًا مِنْ الْمَنَازِلِ فَقَالَ إِنَّكُمْ قَدْ دَنَوْتُمْ مِنْ عَدُوِّكُمْ وَالْفِطْرُ أَقْوَى لَكُمْ فَأَصْبَحْنَا مِنَّا الصَّائِمُ وَمِنَّا الْمُفْطِرُ قَالَ ثُمَّ سِرْنَا فَنَزَلْنَا مَنْزِلًا فَقَالَ إِنَّكُمْ تُصَبِّحُونَ عَدُوَّكُمْ وَالْفِطْرُ أَقْوَى لَكُمْ فَأَفْطِرُوا فَكَانَتْ عَزِيمَةً مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ ثُمَّ لَقَدْ رَأَيْتُنِي أَصُومُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ ذَلِكَ وَبَعْدَ ذَلِكَ

. Dari Qaza'ah, ia berkata: Aku mendatangi Abu Sa'id Al Khudri yang sedang memberi fatwa kepada orang banyak. Aku menunggu sampai ia selesai, dan setelah ia selesai aku bertanya tentang puasa Ramadhan pada saat bepergian. Ia menjawab, "Aku keluar bersama Rasulullah saat penaklukan Makkah pada bulan Ramadhan. Rasulullah berpuasa maka kami ikut berpuasa, sampai akhirnya pada suatu tempat Rasulullah bersabda, "Kalian telah mendekati musuh, maka berbuka puasa lebih menguatkan kalian. " Kemudian di antara kami ada yang tetap berpuasa namun ada juga yang membatalkan puasanya. Ketika kami sampai pada suatu tempat, Rasulullah kembali bersabda, "Kalian akan menghadapi musuh pada waktu pagi, tidak berpuasa lebih menguatkan kalian, maka berbukalah. " Aku telah berpuasa bersama Nabi sebelum dan setelah itu. (Shahih: Muslim)

Memilih Tidak Berpuasa

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَجُلًا يُظَلَّلُ عَلَيْهِ وَالزِّحَامُ عَلَيْهِ فَقَالَ لَيْسَ مِنْ الْبِرِّ الصِّيَامُ فِي السَّفَرِ

. Dari Jabir bin Abdullah: Rasulullah melihat seorang laki-laki sedang diteduhkan dan dikerumuni, maka beliau bersabda, "Tidak termasuk kebaikan berpuasa saat bepergian." (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَجُلٌ مِنْ بَنِي عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَعْبٍ إِخْوَةِ بَنِي قُشَيْرٍ قَالَ أَغَارَتْ عَلَيْنَا خَيْلٌ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْتَهَيْتُ أَوْ قَالَ فَانْطَلَقْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَأْكُلُ فَقَالَ اجْلِسْ فَأَصِبْ مِنْ طَعَامِنَا هَذَا فَقُلْتُ إِنِّي صَائِمٌ قَالَ اجْلِسْ أُحَدِّثْكَ عَنْ الصَّلَاةِ وَعَنْ الصِّيَامِ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى وَضَعَ شَطْرَ الصَّلَاةِ أَوْ نِصْفَ الصَّلَاةِ وَالصَّوْمَ عَنْ الْمُسَافِرِ وَعَنْ الْمُرْضِعِ أَوْ الْحُبْلَى وَاللَّهِ لَقَدْ قَالَهُمَا جَمِيعًا أَوْ أَحَدَهُمَا قَالَ فَتَلَهَّفَتْ نَفْسِي أَنْ لَا أَكُونَ أَكَلْتُ مِنْ طَعَامِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

. Dari Anas bin Malik —dari Bani Abdullah bin Ka'ab, saudara-saudara Bani Qusyair— ia berkata: Aku diserang kuda Rasulullah, maka aku berjalan menuju beliau sedangkan beliau sedang makan, lalu beliau berkata, "Duduk dan makanlah makanan ini." Aku menjawab, "Aku sedang berpuasa." Nabi kemudian berkata, "Duduklah, aku akan menjelaskan kepadamu tentang shalat dan puasa. Sesungguhnya Allah meletakkan separuh keringanan berupa shalat dan puasa bagi orang yang bepergian, orang yang menyusui, atau wanita hamil." Demi Allah, beliau mengucapkan kedua sabdanya tadi atau salah satunya. Setelah itu, jiwaku merasa bergetar bila aku tidak memakan makanan yang dihidangkan beliau. {Hasan Shahih)

Orang yang Lebih Memilih Berpuasa

عن أبي الدرداء قال : خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في بعض غزواته في حر شديد حتى إن أحدنا ليضع يده على رأسه أو كفه على رأسه من شدة الحر ما فينا صائم إلا رسول الله صلى الله عليه وسلم وعبد الله بن رواحة

. Dari Abu Darda' ia berkata: Kami keluar bersama Rasulullah pada beberapa peperangan dalam keadaan sangat panas, sehingga salah satu dari kami ada yang meletakkan tangannya di atas kepala, atau telapak tangannya di atas kepala karena panasnya. Di antara kami tidak ada yang berpuasa kecuali Rasulullah dan Abdullah bin Rawahah. {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Kapan Orang yang Bepergian Harus Berbuka?

عن عبيد قال جعفر بن جبر قال : كنت مع أبي بصرة الغفاري صاحب النبي صلى الله عليه وسلم في سفينة من الفسطاط في رمضان فرفع ثم قرب غداه قال جعفر في حديثه فلم يجاوز البيوت حتى دعا بالسفرة قال اقترب قلت ألست ترى البيوت قال أبو بصرة أترغب عن سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم

. Dari Ubaid bin Jabir, ia berkata: Aku pernah bersama Abu Bashrah Al Ghifari (sahabat Nabi) dalam sebuah kapal di Fusthath pada bulan Ramadhan. Makan siang disiapkan, padahal (kami) belum melewati rumah-rumah (kami), hingga ia meminta hidangan makanan. Abu Bashrah berkata, "Mendekatlah." Aku menjawab, "Bukankah kamu masih melihat rumah-rumah?" Abu Bashrah menjawab, "Apakah kamu membenci Sunnah Rasulullah?" Lalu Ubaid pun makan. (Shahih)

Jarak yang Diperbolehkan untuk Tidak Berpuasa

عَنْ نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَخْرُجُ إِلَى الْغَابَةِ فَلَا يُفْطِرُ وَلَا يَقْصِرُ

. Dari Nafi': Ibnu Umar pernah keluar menuju hutan, kemudian beliau tidak berbuka (puasa) dan tidak meng-qashar (shalat). (Shahih: Mauquf)

Berpuasa pada Dua Hari Raya

عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ قَالَ شَهِدْتُ الْعِيدَ مَعَ عُمَرَ فَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ صِيَامِ هَذَيْنِ الْيَوْمَيْنِ أَمَّا يَوْمُ الْأَضْحَى فَتَأْكُلُونَ مِنْ لَحْمِ نُسُكِكُمْ وَأَمَّا يَوْمُ الْفِطْرِ فَفِطْرُكُمْ مِنْ صِيَامِكُمْ

. Dari Abu Ubaid, ia berkata: Aku menyaksikan hari raya bersama Umar. Umar memulai- shalat sebelum khutbah kemudian berkata, "Sesungguhnya Rasulullah melarang berpuasa pada dua hari raya ini. Adapun hari raya Kurban, karena kalian memakan daging Kurban, sedangkan hari raya fitri merupakan hari berbuka dari puasa kalian." {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الْفِطْرِ وَيَوْمِ الْأَضْحَى وَعَنْ لِبْسَتَيْنِ الصَّمَّاءِ وَأَنْ يَحْتَبِيَ الرَّجُلُ فِي الثَّوْبِ الْوَاحِدِ وَعَنْ الصَّلَاةِ فِي سَاعَتَيْنِ بَعْدَ الصُّبْحِ وَبَعْدَ الْعَصْرِ

. Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata: Rasulullah melarang berpuasa pada dua hari, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha, serta melarang shalat pada dua waktu, yaitu setelah Subuh dan setelah Ashar. {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Berpuasa pada Hari Tasyriq

عَنْ أَبِي مُرَّةَ مَوْلَى أُمِّ هَانِئٍ أَنَّهُ دَخَلَ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَلَى أَبِيهِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ فَقَرَّبَ إِلَيْهِمَا طَعَامًا فَقَالَ كُلْ فَقَالَ إِنِّي صَائِمٌ فَقَالَ عَمْرٌو كُلْ فَهَذِهِ الْأَيَّامُ الَّتِي كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا بِإِفْطَارِهَا وَيَنْهَانَا عَنْ صِيَامِهَا قَالَ مَالِكٌ وَهِيَ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ

. Dari Abu Murrah —budak Ummi Hani"—: Dia masuk bersama Abdullah bin Amru untuk menemui Amru Bin Ash, lalu Amru bin Ash mendekatkan makanan kepada keduanya dan berkata, "Makanlah." Abu Murrah menjawab, "Aku berpuasa." Amru mendesak lagi, "Makanlah, sesungguhnya pada hari-hari ini Rasulullah memerintahkan kita untuk tidak berpuasa dan melarang kita berpuasa." Malik berkata, "Itu adalah hari Tasyriq." (Shahih)

عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

. Dari Uqbah bin Amir, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Hari Arafah, hari Kurban, dan hari Tasyriq adalah hari raya kita (umat Islam). Hari-hari itu adalah untuk makan dan minum." (Shahih)

Larangan Mengkhususkan Hari Jum'at dengan Berpuasa

عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لا يصم أحدكم يوم الجمعة إلا أن يصوم قبله بيوم أو بعده

. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah seorang dari kalian berpuasa pada hari Jum'at, kecuali ia telah berpuasa pada hari sebelumnya atau hari sesudahnya. " (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Larangan Mengkhususkan Hari Sabtu untuk Berpuasa

قال يزيد الصماء أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : لا تصوموا يوم السبت إلا في ما افترض عليكم وإن لم يجد أحدكم إلا لحاء عنبة أو عود شجرة فليمضغه

. Dari Ash-Shamma': Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian berpuasa pada hari Sabtu, kecuali (pada hari) yang telah diwajibkan kepada kalian. Apabila kalian hanya menemukan kulit pohon anggur dan kayu pepohonan, maka kunyahlah. " (Shahih)

Keringanan untuk Berpuasa pada Hari Sabtu

عَنْ جُوَيْرِيَةَ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَهِيَ صَائِمَةٌ فَقَالَ أَصُمْتِ أَمْسِ قَالَتْ لَا قَالَ تُرِيدِينَ أَنْ تَصُومِي غَدًا قَالَتْ لَا قَالَ فَأَفْطِرِي

. Dari Juwairiyah binti Al Harits: Nabi pernah menemuinya pada hari Jum'at, saat ia sedang berpuasa. Nabi bertanya, "Apakah kemarin kamu puasa.?" Dia menjawab, "Tidak." Beliau bertanya lagi, "Apakah besok kamu ingin berpuasa besok,?" Dia menjawab, "Tidak." Beliau lalu bersabda, "Berbukalah " (Shahih: Bukhari)

عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ قَالَ مَا زِلْتُ لَهُ كَاتِمًا حَتَّى رَأَيْتُهُ انْتَشَرَ يَعْنِي حَدِيثَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ هَذَا فِي صَوْمِ يَوْمِ السَّبْتِ

. Dari Al Auza'i, ia berkata: Aku masih menyimpan (merahasiakan) —hadits Abdullah bin Busr tentang puasa hari Sabtu— sampai benar-benar aku lihat hadits ini tersebar. (Shahih: Maqthu')

Puasa Setahun secara Sunnah

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَصُومُ فَغَضِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَوْلِهِ فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ عُمَرُ قَالَ رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ غَضَبِ اللَّهِ وَمِنْ غَضَبِ رَسُولِهِ فَلَمْ يَزَلْ عُمَرُ يُرَدِّدُهَا حَتَّى سَكَنَ غَضَبُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ الدَّهْرَ كُلَّهُ قَالَ لَا صَامَ وَلَا أَفْطَرَ قَالَ مُسَدَّدٌ لَمْ يَصُمْ وَلَمْ يُفْطِرْ أَوْ مَا صَامَ وَلَا أَفْطَرَ شَكَّ غَيْلَانُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ يَوْمَيْنِ وَيُفْطِرُ يَوْمًا قَالَ أَوَ يُطِيقُ ذَلِكَ أَحَدٌ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا قَالَ ذَلِكَ صَوْمُ دَاوُدَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمَيْنِ قَالَ وَدِدْتُ أَنِّي طُوِّقْتُ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثٌ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ فَهَذَا صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ وَصِيَامُ عَرَفَةَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصَوْمُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

. Dari Abu Qatadah: Ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah lalu berkata, "Wahai Rasul, bagaimana cara Anda berpuasa?" Rasulullah marah mendengar perkataannya itu. Ketika Umar melihat kemarahan tersebut, ia langsung berkata, "Kami rela Allah menjadi Tuhan, Islam menjadi agama, Muhammad menjadi Nabi, dan kami berlindung kepada Allah dari murka-Nya." Umar mengulang-ulang kalimat tersebut sampai kemarahan Rasulullah mereda. Kemudian Umar bertanya kepada Nabi, "Wahai Nabi, bagaimana dengan orang yang berpuasa setahun penuh?" Beliau menjawab, "Tidak dianggap puasa dan tidak dianggap tidak berpuasa. " —riwayat lain: "la tidak berpuasa dan tidak berbuka "— Umar bertanya, "Bagaimana dengan orang yang berpuasa dua hari dan tidak berpuasa sehari?" Nabi menjawab, "Apakah ada yang mampu berpuasa seperti itu?" Umar bertanya, "Bagaimana dengan orang yang berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari?" Beliau menjawab, "Itu puasanya Nabi Daud." Umar bertanya, "Bagaimana dengan orang yang berpuasa sehari dan tidak berpuasa dua hari?" Beliau menjawab, "Aku berharap bisa berpuasa seperti itu, " Rasulullah lalu bersabda, "Puasa tiga hari setiap bulan, Ramadhan sekarang menuju Ramadhan berikutnya, itu adalah puasa setahun penuh. Puasa Arafah, aku berharap Allah akan menghapus dosa-dosa setahun sebelumnya dan setahun yang akan datang. Puasa sepuluh Muharram, aku berharap Allah akan menghapus dosa setahun sebelumnya." (Shahih: Muslim)

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ بِهَذَا الْحَدِيثِ زَادَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ صَوْمَ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمِ الْخَمِيسِ قَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ الْقُرْآنُ

. Dari Abu Qatadah —seperti hadits tadi namun dengan tambahan— Umar bertanya, "Wahai Rasul, bagaimana menurutmu puasa Senin dan Kamis?" Beliau menjawab, "Hari itu aku dilahirkan dan hari itu juga diturunkan Al Qur'an kepadaku." (Shahih: Muslim)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ لَقِيَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَلَمْ أُحَدَّثْ أَنَّكَ تَقُولُ لَأَقُومَنَّ اللَّيْلَ وَلَأَصُومَنَّ النَّهَارَ قَالَ أَحْسَبُهُ قَالَ نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ قُلْتُ ذَاكَ قَالَ قُمْ وَنَمْ وَصُمْ وَأَفْطِرْ وَصُمْ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَذَاكَ مِثْلُ صِيَامِ الدَّهْرِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ فَصُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمَيْنِ قَالَ فَقُلْتُ إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ فَصُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمًا وَهُوَ أَعْدَلُ الصِّيَامِ وَهُوَ صِيَامُ دَاوُدَ قُلْتُ إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ

. Dari Abdullah bin Amru bin Ash, ia berkata: Aku bertemu Rasulullah, ia lalu bertanya kepadaku, "Bukankah kamu yang mengatakan akan bangun malam dan berpuasa pada siang harinya? " Aku menjawab, "Ya, aku kira aku telah mengucapkannya. Beliau lalu bersabda, "Bangun dan tidurlah, berpuasa dan berbukalah, dan berpuasalah tiga hari setiap bulannya, sebab itu seperti puasa setahun penuh. " Aku berkata, "Wahai Rasul, sebenarnya aku mampu berbuat lebih baik dari itu." Beliau bersabda, "Berpuasalah sehari dan tidak berpuasa dua hari. " Aku menjawab, "Wahai Rasul, sebenarnya aku mampu berbuat lebih baik dari itu." Beliau bersabda, "Berpuasalah sehari dan tidak berpuasa sehari, itu adalah puasa yang paling tengah-tengah, itu adalah puasanya Daud." Aku menjawab, "Wahai Rasul, sebenarnya aku mampu berbuat lebih baik dari itu." Beliau lalu bersabda, "Tidak ada yang lebih baik dari itu semua. " {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Puasa Bulan Muharram

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْمَفْرُوضَةِ صَلَاةٌ مِنْ اللَّيْلِ

. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa bulan Muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam. " (Shahih: Muslim)

عُثْمَانُ يَعْنِي ابْنَ حَكِيمٍ قَالَ سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صِيَامِ رَجَبٍ فَقَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ

. Dan Utsman bin Hakim, dia berkata: Aku bertanya kepada Sa'id bin Jubair tentang puasa bulan Rajab? Sa'id menjawab, "Aku diberitahu Ibnu Abbas bahwa Rasulullah berpuasa sampai aku katakan beliau tidak berbuka, dan beliau berbuka hingga aku katakan beliau tidak berpuasa." {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Dalam riwayat Muslim tidak ada bentuk pertanyaan.

Puasa Bulan Sya'ban

عائشة تقول : كان أحب الشهور إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يصومه شعبان ثم يصله برمضان

. Dari Aisyah, ia berkata: Bulan-bulan yang paling dicintai Nabi untuk berpuasa adalah bulan Sya'ban, yang kemudian disambung dengan Ramadhan. (Shahih)

Puasa Enam Hari pada Bulan Syawal

عن أبي أيوب صاحب النبي صلى الله عليه وسلم عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : من صام رمضان ثم أتبعه بست من شوال فكأنما صام الدهر

. Dari Abu Ayyub —salah satu sahabat Nabi— dari Nabi, beliau bersabda, "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan yang kemudian diikuti dengan (puasa) enam hari pada bulan Syawal, maka seakan-akan ia puasa satu tahun penuh. " (Shahih: Muslim)

Bagaimana Puasa Nabi?

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

. Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah pernah berpuasa sampai aku katakan beliau tidak berbuka, dan beliau berbuka sampai aku katakan beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah melihat beliau puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan dan aku tidak melihat bulan yang paling banyak digunakan puasa (dari Ramadhan) kecuali Sya'ban. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَاهُ زَادَ كَانَ يَصُومُهُ إِلَّا قَلِيلًا بَلْ كَانَ يَصُومُهُ كُلَّهُ

. Dari Abu Hurairah, dari Nabi —senada dengan hadits tadi, namun ada sedikit tambahan— "Beliau tidaklah berpuasa sedikit dalam bulan Sya'ban, bahkan seluruhnya." (Hasan Shahih)

Puasa Hari Senin Dan Kamis

عَنْ مَوْلَى أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ أَنَّهُ انْطَلَقَ مَعَ أُسَامَةَ إِلَى وَادِي الْقُرَى فِي طَلَبِ مَالٍ لَهُ فَكَانَ يَصُومُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَقَالَ لَهُ مَوْلَاهُ لِمَ تَصُومُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ وَأَنْتَ شَيْخٌ كَبِيرٌ فَقَالَ إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ وَسُئِلَ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ إِنَّ أَعْمَالَ الْعِبَادِ تُعْرَضُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ

. Dari budak Usamah bin Zaid: Ia bersama Usamah ke Wadi Al Qura untuk mencari uang miliknya. Saat itu Usamah sering berpuasa Senin dan Kamis, maka budaknya berkata kepadanya, "Kenapa kamu berpuasa hari Senin dan Kamis, padahal kamu sudah tua?" Dia menjawab, "Sesungguhnya Nabi Muhammad berpuasa hari Senin dan Kamis, lalu Nabi SAW ditanya tentang itu, beliau pun menjawab, 'Sesungguhnya semua amal perbuatan manusia akan dilaporkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis'. " (Shahih)

Puasa Sepuluh (Dzulhijah)

عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنْ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ

. Dari beberapa istri Nabi SAW, mereka berkata, "Rasulullah berpuasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah, hari As Syura', dan tiga hari setiap bulan. Beliau mengawalinya dengan puasa hari Senin dan Kamis." (Shahih)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

. Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Nabi SAW bersabda, "Tiada hari yang amal shalih di dalamnya lebih menyenangkan kepada Allah daripada hari-hari ini, yaitu hari-hari sepuluh (Dzulhijah). " Sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, tidak pula dengan berjihad di jalan Allah?" Nabi SAW menjawab, "Ya, tidak pula berjihad dijalan Allah, kecuali seorang laki-laki keluar untuk berjihad dengan jiwa dan hartanya, lalu ia kembali dari jihad dengan tidak membawa apa pun. " (Shahih: Bukhari)

Tidak berpuasa Sepuluh (Dzulhijah)

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَائِمًا الْعَشْرَ قَطُّ

. Dari Aisyah, ia berkata, "Aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sepuluh hari (pada bulan Dzulhijjah)." (Shahih: Muslim)

Berpuasa Hari Arafah di Arafah

عن أم الفضل بنت الحرث : أن ناسا تماروا عندها يوم عرفة في صوم رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال بعضهم هو صائم وقال بعضهم ليس بصائم فأرسلت إليه بقدح لبن وهو واقف على بعيره بعرفة فشرب

. Dari Ummu Al Fadl binti Al Harits: Orang-orang saling berdebat dihadapannya pada hari Arafah, tentang puasanya Nabi SAW Sebagian berkata, "Beliau berpuasa" Sebagian lain berkata, "Beliau tidak berpuasa." Ummi Al Fadli lalu memberikan segelas susu kepada Nabi SAW yang sedang naik unta di Arafah, lalu Nabi SAW meminumnya. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Puasa Hari Asyura

عن عائشة رضي الله عنها قالت : كان يوم عاشوراء يوما تصومه قريش في الجاهلية وكان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصومه في الجاهلية فلما قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة صامه وأمر بصيامه فلما فرض رمضان كان هو الفريضة وترك عاشوراء فمن شاء صامه ومن شاء تركه

. Dari Aisyah, ia berkata: Dulu pada hari Asy-Syura orang-orang Quraisy zaman jahiliyah berpuasa satu hari. Rasulullah juga berpuasa pada hari tersebut pada zaman jahiliyah. Ketika Rasulullah datang ke Madinah, beliau masih tetap berpuasa dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa juga. Namun tatkala pada bulan Ramadhan diwajibkan untuk berpuasa, maka hanya pada bulan Ramadhan yang diwajibkan untuk berpuasa, lalu puasa Asy-Syura ditinggalkan. Orang yang ingin berpuasa pada hari Asy-Syura, diperbolehkan, dan yang hendak tidak berpuasa juga tidak apa-apa. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ عَاشُورَاءُ يَوْمًا نَصُومُهُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ

. Dari Ibnu Umar, ia berkata: Dulu kami berpuasa satu hari pada hari As Syura pada zaman jahiliyah. Ketika kewajiban berpuasa bulan Ramadhan telah turun, Nabi SAW bersabda, diperbolehkan, namun barang siapa tidak ingin berpuasa juga tidak apa-apa. " (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ ذَلِكَ فَقَالُوا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللَّهُ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ وَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

. Dari Ibnu Abbas, ia berkata: ketika Nabi SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asy-Syura. Ketika mereka ditanya tentang (puasa) itu, mereka menjawab, "Hari ini adalah hari saat Allah memenangkan Nabi Musa atas Fir'aun. Kami berpuasa untuk mengagungkannya." Rasulullah kemudian bersabda, "Kami lebih berhak atas Nabi Musa daripada kalian. " Nabi lalu memerintahkan untuk berpuasa pada hari Asy-Syura. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Riwayat bahwa Asy-Syura Itu Hari Kesembilan

عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ يَقُولُ حِينَ صَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَنَا بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ صُمْنَا يَوْمَ التَّاسِعِ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

. Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata: Ketika Nabi SAW berpuasa pada hari Asy-Syura, beliau juga memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada hari itu, maka para sahabat berkata, "Ya Rasul, itu adalah hari yang dimuliakan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani!? Beliau menjawab, "Kalau tahun depan kita masih menjumpainya, maka kita akan berpuasa tanggal sembilan. " Belum sempat tahun kemudian datang, Rasulullah sudah meninggal dunia. {Shahih: Muslim)

عَنْ الْحَكَمِ بْنِ الْأَعْرَجِ قَالَ أَتَيْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ رِدَاءَهُ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ فَسَأَلْتُهُ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ إِذَا رَأَيْتَ هِلَالَ الْمُحَرَّمِ فَاعْدُدْ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ التَّاسِعِ فَأَصْبِحْ صَائِمًا فَقُلْتُ كَذَا كَانَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ فَقَالَ كَذَلِكَ كَانَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ

. Dari Al Hakam bin Al A'raj, ia berkata: "Aku mendatangi Ibnu Abbas, sementara ia sedang berbantalkan selendangnya di Masjidil Haram. Aku lalu bertanya kepadanya tentang puasa hari As Syura, ia pun menjawab, "Ketika kamu melihat hilal bulan Muharam, maka hitunglah, dan jika datang tanggal sembilan maka berpuasalah." Aku bertanya kepadanya, "Apakah Nabi SAW juga berpuasa?" Ia menjawab, "Ya, Nabi SAW juga berpuasa." {Shahih'. Muttafaq 'Alaih)

Berpuasa Sehari dan Berbuka Sehari

عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى صَلَاةُ دَاوُدَ كَانَ يَنَامُ نِصْفَهُ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يُفْطِرُ يَوْمًا وَيَصُومُ يَوْمًا

. Dari Abdulah bin Amru bin Al Ash, ia berkata: Rasulullah bersabda kepadaku, "Sebaik-baik puasa yang disenangi Allah adalah puasanya Nabi Daud dan sebaik-baik shalat adalah shalatnya Nabi Daud. Beliau tidur hingga setengah malam, berqiyamul lail pada sepertiga malam, lalu tidur pada seperenam malam, serta berpuasa sehari dan berbuka sehari. " (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Puasa Tiga Hari pada Setiap Bulan

عَنْ ابْنِ مِلْحَانَ الْقَيْسِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا أَنْ نَصُومَ الْبِيضَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ قَالَ وَقَالَ هُنَّ كَهَيْئَةِ الدَّهْرِ

. Dari Milhan Al Qaisy, ia berkata: Rasulullah pernah memerintahkan kami berpuasa hari putih, yaitu tanggal 13, 14, 15. Rasulullah bersabda, "Tiga hari tersebut seperti puasa setahun." (Shahih)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ يَعْنِي مِنْ غُرَّةِ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ

. Dari Abdullah, ia berkata: Dulu Rasulullah berpuasa —pada permulaan setiap bulan— selama tiga hari." (Hasan)

Puasa, Hari Senin dan Kamis

عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ الشَّهْرِ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ وَالِاثْنَيْنِ مِنْ الْجُمْعَةِ الْأُخْرَى

. Dari Hafshah, ia berkata: Dahulu Rasulullah berpuasa tiga hari pada setiap bulan, yaitu Senin dan Kamis, dan hari Senin pada Jumat berikutnya." (Hasan)

Orang yang Berkata, "Aku Tidak Peduli dengan Bulan"

عَنْ مُعَاذَةَ قَالَتْ قُلْتُ لِعَائِشَةَ أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ قَالَتْ نَعَمْ قُلْتُ مِنْ أَيِّ شَهْرٍ كَانَ يَصُومُ قَالَتْ مَا كَانَ يُبَالِي مِنْ أَيِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ كَانَ يَصُومُ

. Dari Mu'adzah, ia berkata: Aku bertanya kepada Aisyah, "Apakah dulu Rasulullah berpuasa tiga hari dalam sebulan?" Jawabnya, "Ya." Tanyaku lagi, "Pada bulan apa beliau berpuasa?" Jawabnya, "Beliau tidak peduli pada hari dan bulan apa beliau berpuasa." (Shahih: Muslim)

Niat dalam Puasa

عَنْ حَفْصَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ لَمْ يُجْمِعْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

. Dari Hafshah —istri Nabi SAW—: Rasulullah bersabda, "Barangsiapa tidak menghadirkan niat puasa sebelum terbit fajar, maka tidak ada puasa baginya. " (Shahih)

Rukhshah dalam Niat

عن عائشة رضي الله عنها قالت : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل علي قال هل عندكم طعام فإذا قلنا لا قال إني صائم زاد وكيع فدخل علينا يوما آخر فقلنا يا رسول الله أهدي لنا حيس فحبسناه لك فقال أدنيه قال طلحة فأصبح صائما وأفطر

. Dari Aisyah, ia berkata: Dulu Rasulullah jika masuk ke rumah untuk menemuiku, beliau akan bertanya, 'Apakah ada makananT Jika kami menjawab, Tidak,' maka beliau berkata, "Aku akan berpuasa'." Dalam suatu tambahan: Rasulullah lalu masuk untuk menemui kami pada hari yang lain. Kami berkata, "Ya Rasulullah! kami diberi makanan, maka kami simpan untukmu." Beliau bersabda, "Bawalah kemari." Thalhah berkata, "Jika Rasulullah (sedang) berpuasa (maka beliau akan) berbuka." {Shahih: Muslim)

عن أم هانئ قالت : لما كان يوم الفتح فتح مكة جاءت فاطمة فجلست عن يسار رسول الله صلى الله عليه وسلم وأم هانئ عن يمينه قالت فجاءت الوليدة بإناء فيه شراب فناولته فشرب منه ثم ناوله أم هانئ فشربت منه فقالت يا رسول الله لقد أفطرت وكنت صائمة فقال لها أكنت تقضين شيئا قالت لا قال فلا يضرك إن كان تطوعا

. Dari Ummu Hani' ia berkata: "Pada hari Fathul Makkah datanglah Fatimah, lalu duduk di sebelah kiri Rasulullah, sedangkan aku berada di samping kanan Nabi SAW. Lalu datang anak perempuan dengan membawa bejana berisi minuman, kemudian menyuguhkannya ke Nabi dan beliau meminumnya. Beliau lalu memberikannya kepadaku dan aku pun meminumnya, kemudian berkata, "Ya Rasulullah, aku telah berbuka, padahal aku sedang berpuasa?" Beliau bersabda, 'Apakah kamu tidak sengaja meminumnya? " Aku menjawab, "Tidak." Beliau bersabda, "(Berarti) hal itu tidak membatalkan puasamu jika puasamu termasuk puasa sunah." (Shahih)

Istri Puasa tanpa Minta Izin Suami

أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَصُومُ الْمَرْأَةُ وَبَعْلُهَا شَاهِدٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ غَيْرَ رَمَضَانَ وَلَا تَأْذَنُ فِي بَيْتِهِ وَهُوَ شَاهِدٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ

. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah bersabda, "Tidak boleh bagi istri untuk berpuasa sedangkan suaminya sedang bersamanya, kecuali mendapatkan izin darinya, yaitu selain puasa bulan Ramadhan. Tidak boleh pula memperkenankan orang lain (masuk) ke rumah suaminya ketika suaminya sedang bersamanya, kecuali mendapat izin dari suaminya. " (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Hadits ini tidak menyebutkan kata Ramadhan.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ عِنْدَهُ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ زَوْجِي صَفْوَانَ بْنَ الْمُعَطَّلِ يَضْرِبُنِي إِذَا صَلَّيْتُ وَيُفَطِّرُنِي إِذَا صُمْتُ وَلَا يُصَلِّي صَلَاةَ الْفَجْرِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ قَالَ وَصَفْوَانُ عِنْدَهُ قَالَ فَسَأَلَهُ عَمَّا قَالَتْ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَّا قَوْلُهَا يَضْرِبُنِي إِذَا صَلَّيْتُ فَإِنَّهَا تَقْرَأُ بِسُورَتَيْنِ وَقَدْ نَهَيْتُهَا قَالَ فَقَالَ لَوْ كَانَتْ سُورَةً وَاحِدَةً لَكَفَتْ النَّاسَ وَأَمَّا قَوْلُهَا يُفَطِّرُنِي فَإِنَّهَا تَنْطَلِقُ فَتَصُومُ وَأَنَا رَجُلٌ شَابٌّ فَلَا أَصْبِرُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ لَا تَصُومُ امْرَأَةٌ إِلَّا بِإِذْنِ زَوْجِهَا وَأَمَّا قَوْلُهَا إِنِّي لَا أُصَلِّي حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَإِنَّا أَهْلُ بَيْتٍ قَدْ عُرِفَ لَنَا ذَاكَ لَا نَكَادُ نَسْتَيْقِظُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ قَالَ فَإِذَا اسْتَيْقَظْتَ فَصَلِّ

. Dari Abu Sa'id, ia berkata: Datang seorang wanita kepada Nabi SAW, sementara kami berada di samping Nabi SAW, lalu ia bertanya, "Ya Rasulullah! Suamiku, Shafwan bin Al Mu'aththal, memukulku jika aku shalat dan menyuruhku berbuka jika aku berpuasa, sedangkan ia tidak shalat Subuh hingga matahari terbit. Saat itu Shafwan ada di samping Nabi SAW, maka Nabi bertanya kepada Shafwan tentang perkataan istrinya tersebut. Shafwan menjawab, "Ya Rasulullah! perkataannya, 'Memukulku ketika aku sedang shalat,' itu karena ia shalat dengan membaca dua surah, padahal aku telah melarangnya. "Seandainya yang dibaca satu surah maka aku pasti merasa cukup puas. Sedangkan ucapannya, 'Ia menyuruhku berbuka', itu karena ia berpuasa sunah, padahal aku laki-laki yang masih muda dan tidak sabar'." Nabi SAW lalu bersabda, "Tidak boleh berpuasa bagi istri kecuali mendapat izin dari suaminya". Adapun ucapannya, 'Aku tidak shalat Subuh hingga matahari terbit,' itu karena sudah menjadi kebiasaan keluarga kami, kalau bangun selalu hampir kesiangan'." Rasulullah SAW pun bersabda, "Ketika kamu bangun, maka langsung shalatlah." {Shahih)

Orang Berpuasa yang Diundang Walimah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ فَلْيُجِبْ فَإِنْ كَانَ مُفْطِرًا فَلْيَطْعَمْ وَإِنْ كَانَ صَائِمًا فَلْيُصَلِّ. قَالَ هِشَامٌ وَالصَّلَاةُ الدُّعَاءُ

. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian ada yang diundang walimah, maka penuhilah undangan itu. Jika tidak sedang berpuasa maka makanlah, namun jika sedang berpuasa maka shalatlah (berdoalah). " Hisyam berkata (periwayat hadits ini), "Shalat di situ maksudnya berdoa." {Shahih: Muslim)

Ucapan Orang yang Berpuasa ketika Mendapat Undangan Makan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ إِلَى طَعَامٍ وَهُوَ صَائِمٌ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ

. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasululah bersabda, "Jika salah seorang dari kalian diundang makan, sementara ia sedang berpuasa, maka katakanlah, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'." {Shahih'. Muslim)

1'tikaf

عن عائشة : أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان حتى قبضه الله ثم اعتكف أزواجه من بعده

. Dari Aisyah: Nabi SAW beri'tikaf pada hari ke sepuluh akhir pada bulan Ramadhan, hingga Allah memanggilnya (meninggal dunia). Kemudian para istri beliau beri'tikaf sesudahnya. {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عن أبي بن كعب : أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان فلم يعتكف عاما فلما كان العام المقبل اعتكف عشرين ليلة

. Dari Ubay bin Ka'ab: Nabi SAW beri'tikaf pada hari sepuluh akhir pada bulan Ramadhan. Beliau tidak beri'tikaf setahun. Pada tahun berikutnya beliau beri'tikaf dua puluh malam. (Shahih)

عن عائشة قالت : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أراد أن يعتكف صلى الفجر ثم دخل معتكفه قالت وإنه أراد مرة أن يعتكف في العشر الأواخر من رمضان قالت فأمر ببنائه فضرب فلما رأيت ذلك أمرت ببنائي فضرب قالت وأمر غيري من أزواج النبي صلى الله عليه وسلم ببنائه فضرب فلما صلى الفجر نظر إلى الأبنية فقال ما هذه آلبر تردن قالت فأمر ببنائه فقوض وأمر أزواجه بأبنيتهن فقوضت ثم أخر الاعتكاف إلى العشر الأول يعني من شوال قال أبو داود رواه بن إسحاق والأوزاعي عن يحيى بن سعيد نحوه ورواه مالك عن يحيى بن سعيد قال اعتكف عشرين من شوال

. Dari Aisyah, ia berkata: Dahulu tatkala Rasulullah hendak beri'tikaf, beliau shalat Fajar, terlebih dahulu masuk menuju tempat i'tikafnya. Beliau kadang beri'tikaf pada sepuluh hari akhir pada bulan Ramadhan. Beliau lalu memerintahkan untuk mendirikan kemah, maka didirikanlah kemah itu. Ketika aku melihat hal tersebut, aku memerintahkan untuk mendirikan kemah untukku, maka didirikanlah kemah itu. Beliau kemudian memerintahkan sebagian istrinya (selain aku) untuk mendirikan kemah, maka dirikanlah kemah itu. Ketika beliau telah shalat Subuh beliau melihat kemah-kemah tadi, maka beliau bertanya, "Apa ini? Apakah kebaikan yang kalian inginkan? " Beliau lalu memerintahkan kemah-kemah itu dicabut, Beliau pun mengakhirkan i'tikafnya sampai sepuluh hari yang awal- yaitu dari bulan Syawal- (Shahih: Muttqfaq 'Alaih)

Dimana I'tikaf ltu Berada?

نَافِعًا أَخْبَرَهُ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ قَالَ نَافِعٌ وَقَدْ أَرَانِي عَبْدُ اللَّهِ الْمَكَانَ الَّذِي كَانَ يَعْتَكِفُ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمَسْجِدِ

. Dari Nafi', dari Ibnu Umar: Nabi SAW dulu beri'tikaf pada sepuluh hari akhir pada bulan Ramadhan. Nafi' berkata, "Sungguh, Abdullah telah memperlihatkan padaku tempat yang dulu dipakai Nabi SAW untuk beri'tikaf di dalam masjid itu." (Shahih: Muslim dan Bukhari)

Dalam redaksi Bukhari tidak ada ucapan nafi', "Sungguh, Abdullah."

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ كُلَّ رَمَضَانَ عَشَرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا

. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Nabi SAW selalu berti'tikaf setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun ketika pada tahun Nabi dipanggil oleh Allah (meninggal dunia), beliau beri'tikaf selama dua puluh hari. (Shahih: Bukhari)

Pulang ke Rumah untuk Suatu Kebutuhan Bagi Orang yang Sedang Beri'tikaf

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اعْتَكَفَ يُدْنِي إِلَيَّ رَأْسَهُ فَأُرَجِّلُهُ وَكَانَ لَا يَدْخُلُ الْبَيْتَ إِلَّا لِحَاجَةِ الْإِنْسَانِ

. Dari Aisyah, ia berkata: Pernah Rasulullah ketika beri'tikaf mendekatkan kepalanya padaku, lalu kusisiri rambutnya. Beliau tidak pemah masuk rumah kecuali untuk kebutuhan yang bersifat manusiawi." (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكُونُ مُعْتَكِفًا فِي الْمَسْجِدِ فَيُنَاوِلُنِي رَأْسَهُ مِنْ خَلَلِ الْحُجْرَةِ فَأَغْسِلُ رَأْسَهُ وَقَالَ مُسَدَّدٌ فَأُرَجِّلُهُ وَأَنَا حَائِضٌ

. Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah pernah beri'tikaf di masjid, lalu beliau mendekatkan kepalanya padaku dari sela-sela kamar, kemudian aku membasuh kepalanya." Dalam riwayat tambahan: "Aku lalu menyisirnya, sementara aku sedang haid." {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ صَفِيَّةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُعْتَكِفًا فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلًا فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ فَانْقَلَبْتُ فَقَامَ مَعِي لِيَقْلِبَنِي وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِي دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنْ الْأَنْصَارِ فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ قَالَا سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ فَخَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَيْئًا أَوْ قَالَ شَرًّا

. Dari Shafiyah, ia berkata: "Pernah ketika Rasulllah beri'tikaf aku menghampirinya pada suatu malam, kemudian aku berbicara padanya, lalu aku bangkit hendak pulang, dan beliau pun berdiri untuk menemaniku pulang -rumah Shafiyah dekat rumah Usamah bin Zaid—, lalu ada dua orang Anshar sedang berjalan. Ketika keduanya melihat Nabi SAW mereka mempercepat jalannya, maka Nabi SAW berkata kepada mereka, "Sebentar! Dia adalah Shafiyah binti Huyay' Keduanya lalu berkata, "Subhanallah! Ya Rasulullah!" Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya syetan mengalir pada diri manusia sebagaimana berjalannya darah dalam tubuh manusia, maka aku takut kalau ia melemparkan sesuatu dalam hatimu —atau beliau bersabda: kejelekan—" (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

بِإِسْنَادِهِ بِهَذَا قَالَتْ حَتَّى إِذَا كَانَ عِنْدَ بَابِ الْمَسْجِدِ الَّذِي عِنْدَ بَابِ أُمِّ سَلَمَةَ مَرَّ بِهِمَا رَجُلَانِ وَسَاقَ مَعْنَاهُ

. Dari Shafiyah ... dengan sanadnya ini... ia berkata, "Sehingga ketika beliau mendekati pintu masjid, yaitu disamping pintu Ummu Salamah, ada dua orang sedang berjalan..." lalu ia memaparkan isi haditsnya. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Orang Beri'tikaf Menengok Orang Sakit

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ السُّنَّةُ عَلَى الْمُعْتَكِفِ أَنْ لَا يَعُودَ مَرِيضًا وَلَا يَشْهَدَ جَنَازَةً وَلَا يَمَسَّ امْرَأَةً وَلَا يُبَاشِرَهَا وَلَا يَخْرُجَ لِحَاجَةٍ إِلَّا لِمَا لَا بُدَّ مِنْهُ وَلَا اعْتِكَافَ إِلَّا بِصَوْمٍ وَلَا اعْتِكَافَ إِلَّا فِي مَسْجِدٍ جَامِعٍ

. Dari Aisyah, ia berkata: Orang yang beri'tikaf disunnahkan tidak menjenguk orang sakit, tidak mengantar jenazah, tidak menyentuh wanita, dan bersetubuh dengan wanita, dan tidak keluar untuk suatu kebutuhan, kecuali ada sesuatu yang benar-benar mendesak (seperti buang air). Tidak ada i'tikaf kecuali bagi orang yang berpuasa dan tidak ada i'tikaf kecuali di masjid jami' (umum). (Hasan Shahih)

عن بن عمر : أن عمر رضي الله عنه جعل عليه أن يعتكف في الجاهلية ليلة أو يوما عند الكعبة فسأل النبي صلى الله عليه وسلم فقال اعتكف وصم

. Dari Ibnu Umar: pada zaman Jahiliyah Umar RA pernah beri'tikaf satu malam -atau satu hari- di Ka'bah, lalu Nabi SAW berkata padanya, "Beri'tikaf dan berpuasalah!" (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Hadits ini tanpa ucapan Ibnu Umar, "Atau satu hari," dan, "Dan berpuasalah."

عن عبد الله بن بديل بإسناده : نحوه قال فبينما هو معتكف إذ كبر الناس فقال ما هذا يا عبد الله قال سبي هوازن أعتقهم النبي صلى الله عليه وسلم قال وتلك الجارية فأرسلها معهم

. Dari Ibnu Umar... pada zaman Jahiliyah sanadnya, hadits yang serupa, ia berkata: Ketika Umar beri'tikaf, orang-orang bertakbir, maka ia bertanya, "Apa ini hai Abdullah?" Abdullah menjawab, "Tawanan Hawazin yang telah dibebaskan Rasulullah. Tawanan wanita itu juga dibebaskan bersama mereka." {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Orang yang Istihadhah Beri'tikaf

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ اعْتَكَفَتْ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ امْرَأَةٌ مِنْ أَزْوَاجِهِ فَكَانَتْ تَرَى الصُّفْرَةَ وَالْحُمْرَةَ فَرُبَّمَا وَضَعْنَا الطَّسْتَ تَحْتَهَا وَهِيَ تُصَلِّي

. Dari Aisyah, ia berkata, "Salah seorang istri Nabi SAW beri'tikaf dengannya, lalu ia melihat warna kekuning-kuningan dan kemerah-merahan (darah istihadhah), mungkin ia telah meletakkan secarik kapas di bawahnya, sementara ia sedang shalat." (Shahih: Bukhari)